Mohon tunggu...
Mohamad Irvan Irfan
Mohamad Irvan Irfan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Aktifis Sosial

Sedang belajar jadi Penulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dengan Medsos, Bubur Ayam Rudi Makin Oke

1 Juni 2020   17:48 Diperbarui: 6 Agustus 2020   23:23 1330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pak Rudi sudah lebih dari 20 tahun ia berjualan bubur ayam berkeliling dengan sepeda motor. Ia berkendara sejauh 23 KM dari Tambun Selatan, Bekasi Timur, sekitar satu jam lebih sampai di komplek-komplek perumahan seperti komplek Puri Gading, Bumi Asih Indah, Satwika Permai (Telkom), Pondok Gede tempati dia berkeliling menjajakan bubur ayam buatannya. 

Sudah setahun ini ia mangkal di depan Komplek Telkom. Ia biasanya berkeliling di dalam komplek Telkom dan Sakura BAI. Setiap jam 6 pagi ia sudah pasang status "Buka" di WA nya. Dan sudah setahun ini pula, Pak Rudi ini jualannya memakai strategi open Pre Order.  

Jadi pelanggan harus  pesan lewat japri WA nya Pak Rudi. Yang tidak pesan ya tidak kebagian. Bagi yang tidak kebagian, dengan bangganya dia bilang begini " Ini buat yang udah pesen." Jadi ketika Jam 09.00 tiba di depan komplek, ia japri semua pelanggan yang sudah pesan untuk mengambilnya ke depan Komplek.

Dokpri
Dokpri
Satu porsinya ia patok dengan harga Rp. 12.000 per porsinya.  Bubur ayam Pak Rudi adalah khas bubur ayam khas Chinese, tidak pakai kerupuk, tidak pakai kacang, dan tidak banyak pakai Msg (mecin), ayamnya ayam kampung, kuahnya juga dari kaldu ayam kampung. 

Setiap hari bubur ayamnya laku rata-rata 60 porsi, tapi setiap hari libur bisa sampai 100 porsi lebih.  Bila hari kerja dia mengantongi keuntungan antara Rp. 200.000 sampai dengan Rp. 300.000 per hari. Tapi kalau hari libur ia bisa mendapatkan keuntungan 2 kali lipatnya.

Pak Rudi, 47 tahun, asli putra betawi ini mengaku dari penghasilannya berjualan bubur ayam, bisa menghidupi istri dan ke empat anaknya. Dua anaknya sudah menikah. Dan selama ini usaha bubur ayamnya ini dibantu oleh Istri dan anaknya, terutama untuk belanja dan masaknya. 

 Walaupun sekarang ini ada wabah corona, Pak Rudi tanpa ragu mengatakan bahwa usahanya tidak terpengaruh dengan adanya wabah virus corona, walaupun sebagian komplek tempat ia keliling tidak bisa masuk.  Ini diamini oleh salah seorang pelanggannya yang tinggal di dalam komplek, " sebelum pandemi juga fansnya sudah banyak, memang harus japri biar dia lewat blok kita."

Bisa bertahannya usaha bubur ayam nya Pak Rudi bukanlah suatu keberuntungan semata, tetapi ini lebih kepada kejelian melihat dan manganalisa pasar dan perilaku konsumen, dan kemampuan dalam beradaptasi terhadap perubahan pasar dan perilaku konsumen.

Namun Pak Rudi sedih juga melilhat banyak rekan-rekannya sesama pedagang bubur ayam yang menderita kesulitan diterpa badai wabah Covid 19 karena selama pandemi banyak komplek yang ditutup, pendapatan pun jauh berkurang. Ia berharap rekan-rekannya tersebut bisa mendapat inspirasi dari pengalamanya, dan juga berharap semoga ada solusinya karena obatnya kan masih belum ada. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun