Mohon tunggu...
Mohamad Irvan Irfan
Mohamad Irvan Irfan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Aktifis Sosial

Sedang belajar jadi Penulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Beradaptasi terhadap Perubahan, Kunci Usaha Kuliner Bertahan Saat Pandemi

26 Mei 2020   23:11 Diperbarui: 26 Mei 2020   23:13 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandemi Covid 19 yang menjangkiti banyak negara di dunia, termasuk di Indonesia tak pelak lagi telah memukul berbagai macam sektor usaha, terutama bagi bisnis kuliner, yang termasuk dalam Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). 

Namun tak semua pebisnis kuliner UMKM ini menyerah di tengah pandemi wabah Corona. Beberapa dari mereka berimprovisasi dalam strategi-strategi yang sesuai dengan keadaan di mana di masa pandemi ini orang lebih banyak di rumah (Work From Home, School from home) yang berakibat berubahnya  pola usaha dan perilaku pelanggan, misalnya membatasi jumlah pengunjung dan mengurangi jam operasional, juga pelanggan tak lagi bisa menikmati hidangan di tempat seperti biasa.

Nah berikut ini adalah pengalaman-pengalaman dari beberapa "Woman Entrepreneur" pelaku bisnis UMKM kuliner yang bisa bertahan dari terpaan pandemi wabah COVID 19

Ibu Regina Juli, pemilik usaha kuliner LADA EJA (dari bahasa Bugis, artinya cabe merah) di sekitar Jati Mekar Bekasi ini menuturkan pengalamannya:

"Saya menggeluti usaha kuliner sejak tahun 2010..Sebelum wabah COVID 19 saya rutin ngirim gudeg kurang lebih 200 porsi ke Bangkok per 2 minggu sekali. Pas COVID mewabah otomatis orderan jarang. Selain itu saya juga punya warung soto betawi di kota Makassar. Tapi sudah tutup sekarang. Sebelum wabah COVID 19 saya punya karyawan 8 orang, sekarang tinggal 4 orang. Omzet pun berkurang sekitar 70% karena gudeg yang ke Bangkok itu akhirnya tutup."

"Tapi kan saya gak bisa diam saja. Akhirnya saya ganti  haluan menuruti kebutuhan pasar. Jadi saya pun mulai jual makanan-makanan rumahan yang difrozen. Memang kompetitornya banyak, tapi rata-rata konsumen sudah tahu bagaimana rasa masakan saya.. Mie ayam pun saya jual dengan perhitungan orang pasti lebih percaya saya daripada abang-abang penjaja mie ayam. Alhamdulillah konsep yang seperti ini malah bawa hoki buat saya."

"Dan mumpung masih suasana Ramadhan saya launch makanan timur tengah..bukan yang cuma sekedarnya, tapi yang bener-bener otentik Timur Tengah walaupun packagingnya Indoensia..

"Cuma kan tetap butuh promosi, untuk itu saya gunakan link keponakan-keponakan, temen-temen dan konsumen setia saya. Jadi mereka ini turut berpromosi untuk saya."

Ibu Dhora Ivayanti, pemiliki usaha kuliner  PEMPEK SAKURA 21 yang berada di komplek Ruko  Perumahan Cibubur Country, Cikeas, Bogor, menuturkan pengalamannya:

" Usaha kuliner pempek  ini sudah saya jalani 3 tahun. Alhamdulillah kebetulan pempek saya sudah lumayan populer di daerah Cikeas dan sekitarnya. Saya juga telah bekerja sama dengan baik bareng Go Food dan Grab Food."

" Kita juga ada delivery service minimal pembelanjaan Rp. 50.00, free diantar sampai rumah buat kawasan Cibubur Country.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun