Mohon tunggu...
Mohamad Irvan Irfan
Mohamad Irvan Irfan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Aktifis Sosial

Sedang belajar jadi Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pemajuan Kebudayaan, Belajarlah dari Nenek Moyang Kita

30 Oktober 2019   09:50 Diperbarui: 11 Desember 2019   22:51 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebudayaan Nusantara
Kata nusantara sering digunakan  pada masa Majapahit  untuk menyebut pulau-pulau di luar Jawa. Namun sebenarnya kata nusa merupakan sinonim dari dwipa, yang berarti pulau. Sementara Pulau Jawa sendiri pada masa itu disebut sebagai Jawadwipa.

Istilah kata nusantara kembali diperkenalkan oleh Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (1879-1950), yang juga dikenal dengan nama Dr. Setiabudi, sebagai nama untuk negara Indonesia. Nama ini dipilih dengan pertimbangan tidak mengandung unsur kata India, seperti yang terdapat pada nama resmi Nederlandsch-Indie atau Hindia Belanda yang diberikan oleh bangsa Belanda ketika menjajah negeri kita. Dr. Setiabudi  mengambil nama ini dari Pararaton yang ditemukan di Bali pada akhir abad ke-19 dan diterjemahkan oleh J.L.A Brandes dan diterbitkan oleh Nicholaas Johannes Krom pada 1920.

Tentu saja, definisi kata nusantara yang diperkenalkan oleh Dr. Setiabudi ini berbeda dengan pengertiannya pada abad ke-14, saat diucapkan oleh Gajah Mada. Apabila selama masa kerajaan Majapahit kata nusantara merujuk pada wilayah yang ingin dikalahkan, pada abad ke-19 kata ini digunakan untuk mendefinisikan wilayah indonesia, tepatnya dari Sabang sampai Merauke. Nusantara memiliki arti yang baru, yaitu “nusa di antara dua benua dan dua samudra”, sehingga didalamnya termasuk juga pulau Pulau Jawa. Meski belakangan kita telah menggunakan Indonesia sebagai nama resmi bangsa dan negara, kata nusantara tetap dipakai untuk menyebutkan cakupan wilayah tanah air kita.

Tapi secara budaya,  Kebudayaan Nusantara, tidak dibatasi oleh wilayah negara, tetapi  oleh adanya kesamaan budaya, atau satu rumpun budaya. Jadi berbicara kebudayaan nusantara berarti mencakup juga budaya rumpun melayu di negara Malaysia, Singapura, Brunei, dan Filipina Selatan.  Maka tak heran sering terjadi klaim budaya antara Malaysia dan Indonesia karena tidak paham bahwa kita satu keluarga budaya dengan Malaysia yaitu keluarga budaya nusantara.

Kekuatan Imajinasi dalam ekspresi dan kreasi Budaya
Berbicara mengenai pemajuan kebudayaan,  kebudayaan bisa maju  di dalam lingkungan yang bebas berekspresi dan berkreasi. Inilah syarat-syarat utama  atau dasar dari memajukaan kebudayaan. Di dalam berekspresi dan berkreasi dalam kebudayaan tersebut, ada kekuatan yang mendorongya yaitu Imajinasi.

Budaya Indonesia yang begitu kaya menandakan bahwa leluhur dan nenek moyang bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat kreatif dan sudah tentu bangsa yang sangat imajinatif, bangsa yang kaya imajinasi

Bila miskin imajinasi, tak mungkin leluhur dan nenek moyang bangsa Indonesia dapat menciptakan kreasi-kreasi budaya yang bermacam-macam, indah dan menakjubkan.

Imajinasi sendiri adalah kemampuan untuk membuat gambaran atau konsep yang belum ada di saat sekarang. Dari Imajinasi lahirlah kreatifitas, dan bersamanya  muncul ide-ide baru, metode baru dalam melakukan sesuatu, dan interpretasi baru. 

Dari kreatifitas muncul inovasi, membuka jalan baru, bahkan memecahkan masalah. Imajinasi memungkinkan individu dan kelompok membayangkan alternatif-alternatif, dunia alternatif. Imajinasi bisa sangat pribadi, dan bisa sangat sosial, karena imajinasi kita juga dipengaruhi oleh media dan informasi-informasi yang tersebar di dalam masyarakat. Dengan demikian imajinasi menduduki posisi yang sentral di dalam pikiran dan kehidupan masyarakat, salah satu kehidupan budaya.

Dengan demikian bisa dikatakan bahwa budaya berasal muasal di dalam imajinasi, namun keberadaannya juga mesti berwujud, sehingga bisa dinikmati orang lain dan dibagikan dari satu orang  ke yang lainnya.

Kebanyakan orang menyamakan imajinasi dengan khayalan, dan cenderung negatif dan meremehkan, seperti "ah itu kan cuma khayalan/imajinasi kamu aja" atau " ah berkhayal/berimajinasi aja kamu" atau "kerjamu berkhayal/berimajinasi saja.  Bisa kita cek arti kata imajinasi dalam Kamus besar Bahasa Indonesia:
"imajinasi/ima*ji*na*si/ n 1 daya pikir untuk membayangkan (dalam angan-angan) atau menciptakan gambar (lukisan, karangan, dan sebagainya) kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang; 2 khayalan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun