Mohon tunggu...
Popie Susanty
Popie Susanty Mohon Tunggu... wiraswasta -

Seorang ibu empat anak yang ingin menulis kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tobatnya Seorang Pelakor

9 Maret 2018   11:52 Diperbarui: 9 Maret 2018   12:12 1189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"Aku insyaf."

 "Nasib seorang janda muda tanpa anak sangat menyiksaku. Status yang  sangat aku takuti. Tapi aku terima takdir ini dengan lapang dada.  Suamiku meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat saat ia mau pulang ke  Indonesia. Padahal usia pernikahan kami hanya seumur jagung."

  "Rasa ingin memiliki pendamping hidup lagi sangat kuat. Tapi aku merasa  takut. Takut kehilangan lagi. Takut memulai hidup baru. Takut dengan  calon pasangan baru."

 "Hari hari aku isi dengan banyak kegiatan.  Mengaji. Ikut seminar. Ikut kegiatan sosial. Ikut kesana kesini untuk  mengisi waktu. Inilah awal petaka dan awal kebahagiaan semuku."

  "Aku tergila gila dengan mentorku di beberapa acara seminar. Ia begitu  menarik, dewasa, tampan, perhatian, baik dan sholeh. Aku rasanya ingin  menjadi pendamping hidupku. Tapi saya ia sudah memiliki keluarga. Aku  tidak menyerah. Aku mulai cari perhatian dengan mengajukan pertanyaan  saat acara, meminta no kontaknya dan mencoba untuk mengirim pesan."

 "Dan yesss berhasil. Gayung bersambut. Ia banyak membalas pertanyaanku,  membalas dengan hangat dan panjang lebar. Akhirnya aku bisa mengajaknya  bertemu untuk makan siang bersama dengan banyak alasan yang aku  sampaikan. Pertemuan pertama, kedua dan kesekian kalinya di berbagai  tempat berbeda."

 "Sampai akhirnya, aku "menembak" ia untuk  menikahiku dengan tanpa syarat. Aku hanya ingin memiliki status seorang  istri. Aku tidak meminta untuk setiap hari dikunjungi. Aku tidak meminta  nafkah lahir karena hartaku banyak melimpah. Dan yess ia pun setuju."

 "Aku bahagia. Akhirnya aku bisa menjadi seorang istri. Walau hanya  menikah siri, semua keluarga setuju dengan melihat kehidupan suami yang  telah berkeluarga. Aku tidak merasa menyakiti istri dan anaknya karena  aku tidak merasa merebutnya, hanya ingin berbagi status seorang istri  dengan tidak mengambil jatah keuangan keluarga mereka."

 "Walau  suami hanya datang saat siang hari dan saya tidak minta jatah ekonomi,  aku sudah merasa bahagia. Suami pun sangat baik dan menjadikan aku  seorang istri yang bahagia."

 "Tahun berganti. Lahirnya kedua anak  kami, situasi mulai berubah. Tabungan mulai menipis sedangkan sang  suami tidak pernah memberikan nafkah untuk kedua anaknya walau serupiah.  Mulai timbul cekcok karena masalah ekonomi. Anak anak dari istri  pertama sedang banyak memerlukan biaya karena sudah ada yang kuliah,  penghasilan suami sebagai trainer tidak jua bertambah. Aku minta nafkah  untuk anak anak tapi ia berkilah karena sejak awal ia tidak memberikan  nafkah. Tapi ini kan anak anaknya bukan untuk aku."

 "Aku merasa  masalah yang aku alami ini karena dosa dosaku selama ini. Meminta label  istri kepada suami yang notabene sudah memiliki istri pertama."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun