Mohon tunggu...
Popie Susanty
Popie Susanty Mohon Tunggu... Pembelajar dan suka Traveling

Seorang ibu empat anak yang ingin menulis kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Suka dan Duka dalam Kehidupan Manusia

2 Januari 2013   14:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:37 1342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Duka dan suka adalah pasangan ideal yang selalu mendampingi kehidupan manusia dimuka bumi.Kalau ditanya manakah yang akan kita pilih, duka atau suka, maka pasti jawabannya adalah suka.Manusia sangat mencintai “suka” di banding “duka”.Suka menawarkan sebuah kesenangan, kebahagiaan, keceriaann kebanggaan pada siapa pun yang menghinggapinya.Duka terkesan dengan penderitaan, kesedihan, kemurungan, kekecewaan, kekesalan bagi siapa saja yang mengalaminya.Padahal belum tentu “suka” yang kita harapkan adalah baik untuk kita begitupun sebaliknya.Terkadang manusia akan lebih dekat dengan Allah SWT dalam keadaan duka dibanding dalam keadaan suka.Dalam keadaan suka, manusia banyak yang lalai dan terlena dengan kenikmatan dan melupakan siapa yang sudah memberikan kenikmatan tersebut.

Sunatullah, apapun yang ada di muka bumi ini adalah berpasang-pasangan.Semua ketentuan dari sang Maha Kuasa adalah sebuah tanda bagi manusia yang berpikir dan bisa mengambil hikmah dari semua yang terjadi di dalam kehidupan manusia.

Sahabat saya baru kehilangan suami yang sangat ia cintai.Kepergian suaminya sangat mendadak dalam keadaan fisik yang sangat sehat.Saat mau sarapan bersama istri dan ketiga anak laki-lakinya.Belum lagi nasi yang dihidangkan sang istri masuk ke dalam mulutnya, tiba-tiba suaminya berteriak memanggil sahabat saya “..ummiii..” sambil memegang dadanya.Seketika ketiga putranya mentalqin abinya dengan surat al Waqiah dan al Mulk. Sesaat kemudian sakaratul maut menjemput, dalam kedaan tenang dan damai sang suami kembali ke haribaan Sang Maha Pemilik Kehidupan.

Sahabat saya dan ketiga putranya seperti mengalami sebuah mimpi. Beberapa saat lalu masih teringat, saat subuh abinya membangunkan untuk shalat subuh berjamaah di mesjid, lalu tilawah bersama, bermain dan bercanda sampai saat sarapan tiba.Sang suami mengalami sakit gula beberapa tahun yang lalu saat belum menyelesaikan pendidika doktornya di sebuah universitas negeri di Jawa Barat.Beliau adalah seorang pakar pangan nasional yang memiliki reputasi bagus, seorang pendidik yang menjadi tauladan mahasiswanya, seorang guru spiritual yang banyak menginspirasi banyak muridnya, seorang ayah hebat untuk ketiga putranya, suami sholeh untuk istrinya dan sahabat yang sangat loyal terhadap teman-temannya.

Ketegaran, ketabahan, kesabaran terpancar dari raut muka sahabat saya dan anak-anaknya.Terlihat saat banyak saudara, sahabat, tetanggga, rekan sejawat, murid, mahasiswa yang melayat senyuman kekuatan keimanan dari sahabat saya sangat tersirat dari bahasa tubuhnya.Pancaran keteguhan keimanan sahabat saya membuat saya dan para pelayat malah sedih.Membayangkan apabila musibah ini menimpa diri, apakah bisa sekuat, setegar, sesabar sahabat saya dan ketiga anaknya.

Tidak semata-mata Allah SWT memberikan ujian kecuali sudah diukur kemampuan kita untuk menghadapinya.Hanya saja seringkali kita mengeluh dan tidak percaya diri akan kemampuan diri untuk menghadapi ujian yang Allah SWT berikan pada kita.Ujian yang kita hadapi pasti ada kebaikan yang terkandung di dalamnya.Semua pasti memiliki rahasia yang akan membuat diri kita semakin kuat dalam menghadapi ujian mendatang dalam kehidupan kita yang akan kita hadapi.

Semoga dengan banyaknya ujian yang menerpa kita akan membuat kedudukan kita dimata Allah SWT semakin meningkat.Selalu berbaik sangka dengan takdir yang kita jalani di muka bumi ini akan meringankan hati dalam menyikapi ujian hidup.Kelapangan hati dan kesungguhan dalam menapaki dan menyelesaikan ujian akan dihitung pahala yang sangat besar.Untuk seorang mukmin, apapun yang menimpanya adalah baik tergantung sikap kita untuk menghadapinya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun