Mohon tunggu...
David Olin
David Olin Mohon Tunggu... Pustakawan - Pemerhati Bahasa, Memberi Hati Pada Bahasa, Meluaskan Dunia Lewat Bahasa

Setiap kali menatap mentari, bulan selalu mendapat cahaya baru.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dari Otak ke Hati: Perubahan Holistik

5 Desember 2019   10:48 Diperbarui: 5 Desember 2019   10:50 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

David Ben Usolin

0251710118

Prodi Filsafat

Kerajaan Surga Ada di  antara Kamu[1]

(Lukas 17:21)

Cynthia Bourgeault mengawali bab ini dengan sedikit melucu. Seorang teolog pernah mencoba merumuskan seluruh ajaran Sekolah Minggu (sejenis BIA/BIR dalam Gereja Katolik) dalam satu kalimat: "Jesus is nice, and he wants us to be nice, too." Banyak orang Kristen sudah amat familiar dengan Yesus. Seringkali ajaran Yesus dipahami secara fragmentaris, sepotong-sepotong. Misalnya, dalam doa ini, ayat Injil itu, novena ini, dan sebagainya. Inti ajaran guru-guru spiritual dari berbagai tradisi keagamaan sering ditanyakan. Namun, pernakah ditanyakan: "Apa inti dari seluruh ajaran Yesus?"

Buku Putting on The Mind of Christ karya seorang pengacara Washington, Jim Marion, bagai kilat di siang bolong. Sebagai orang Kristiani, kekaguman terhadap Yesus tidaklah cukup. Orang perlu masuk lebih dalam, yaitu mengambil alih kesadaran Yesus sendiri. Hal ini berbeda dengan tradisi Kristiani yang telah didominasi dengan penekanan pada apa yang diketahui tentang Yesus. Pengetahuan tentang Yesus membentuk cara orang percaya kepada-Nya. Percaya tentang Yesus amat berbeda dengan percaya akan Yesus (belief about vs belief in).

Pertanyaan sentral dari bab ini adalah: "bagaimana orang bisa mengambil alih seluruh kesadaran Yesus? Artinya, bagaimana orang "melihat melalui mata-Nya, merasakan melalui hati-Nya, dan menghadapi dunia dengan cinta seperti Dia". Tradisi Kristiani yang "dianggap benar" (orthodox) selalu membela diri di hadapan pertanyaan ini dengan mengatakan bahwa mengikuti Kristus itu bukan perkara percaya secara benar, melainkan berbuat yang benar. Dengan kata lain, ortopraksis lebih penting daripada ortodoksi.

Marion memberikan pendekatan yang sama sekali baru untuk menjawab pertanyaan ini. Ia menyadari bahwa dalam seluruh ajaran Yesus, ada satu frase yang selalu diulang-ulang, yakni "Kerajaan Surga[2]." Frasa ini amat fundamental, karena inilah yang ingin diajarkan oleh Yesus. Pertanyaan baru muncul: apa sebenarnya maksud Yesus tentang KS? Secara umum, ada tiga penafsiran yang berbeda tentang KS itu. 

Pertama, banyak orang Kristiani mengandaikan KS sebagai suatu tempat yang akan dituju ketika ajal menjemput, itupun kalau yang bersangkutan telah melakukan hal-hal yang baik. Akan tetapi, Yesus menggambarkan KS sebagai yang ada di sini (di antara kamu) dan saat ini (sudah dekat)". Karena itu, KS bukan sesuatu yang dicapai setelah kematian, melainkan suatu kesadaran baru.

Kedua, KS sering diartikan sebagai suatu utopia di atas bumi. KS disamakan dengan keadaan serba damai, serba adil, dan serba makmur. Karl Marx dan tokoh-tokoh lain berupaya mewujudkan utopia ini, tetapi keadaan itu tidak bertahan lama. Yesus menolak cara pandang ini ketika Ia mengatakan, "Kerajaanku bukan dari dunia ini".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun