Mohon tunggu...
David Olin
David Olin Mohon Tunggu... Pustakawan - Pemerhati Bahasa, Memberi Hati Pada Bahasa, Meluaskan Dunia Lewat Bahasa

Setiap kali menatap mentari, bulan selalu mendapat cahaya baru.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berani Beropini di Dunia Digital

19 November 2019   07:00 Diperbarui: 19 November 2019   07:05 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bongkar hasutan dengan counter narrative, menggunakan wawasan yang baik.

Contoh Kasus: Propaganda Rusia.

  • Kepada orang AS kulit putih yang miskin, Trump dikampanyekan peduli dengan mereka, karena Trump miskin. Trump miskin karena hanya orang miskin (termasuk Trump) yang suka memaki. Yang disalahkan dari kemiskinan tersebut adalah para imigran dari Mexico
  • Kepada orang kulit hitam veteran perang, isu yang disebarkan ialah: penyebab terbatasnya akses kesehatan adalah imigran dari Mexico.
  • dst. Hoax berbeda-beda sesuai dengan kelompok sasaran.

Peristiwa politik bisa dipermainkan oleh data dari Sosmed. Kendati demikian, orang mudah untuk membaca riwayat digitalnya. Salah satu tragedi yang memilukan terjadi di Suriah. Negara ini telah lebih dahulu mengalami perang di media sosial (mirip fenomen "Salah Jokowi", waktu perang pertama kali berkecamuk di FB, propaganda yang digunakan ialah "Salah Ashad").

Adalah "JARINGAN ULAMA INTERNASIONAL" yang memprovokasi orang-orang Islam "sumbu pendek" di negara-negara lain. Cara yang dipakai cukup unik nan mematikan. Agitator memposting gambar kucing yang telah dipenggal kepala, entah kucing itu ada di Suriah atau fotonya diambil dari tempat lain, kemudian dibumbui dengan tulisan: "Kejamnya Ashad. Kucing saja dibunuh secara kejam, apalagi manusia." Setiap hari, sosmed dipenuhi dengan propaganda semacam itu, sehingga publik menelan opini tersebut.

Ketika sudah siap, jaringan tersebut memanggil pasukan dari negara-negara lain untuk meruntuhkan rezim Ashad. Perlawanan Ashad digunakan sebagai serangan balik untuk menguatkan opini publik yang telah teracuni hoax. Apalagi, narasi media arus utama melihat peristiwa ini hanya sebagai kudeta! Latar belakang perang ini dan Arab Spring pada umumnya adalah untuk menguasai jalur pipa gas (masalah ekonomi).

Belajar

Narasumber mengapresiasi pencegahan aparatur keamanan negara untuk mengantisipasi petaka serupa. Misalnya, Jend. Tito Karnavian ditarik posisinya dari bawah ke atas agar kepolisian tidak menindak dengan kekerasan pegiat konflik dan radikalisme. Sebaliknya, dengan kerumunan massa maupun lone wolf yang menunggu "dihantam", polisi malah bersikap ramah dan tidak menunjukkan kekerasan. Akibatnya, narasi yang hendak dibangun oleh kaum intoleran menjadi mentah. Indonesia boleh dikatakan lebih siap. Kalau sampai Indonesia jatuh seperti Suriah dan Amerika, betapa bodohnya kita.

SESSI TANYA JAWAB

Apakah mungkin bersikap netral, dalam arti mendukung dua kubu (paslon)?

Jawab:
Di dunia Digital hanya ada dua angka: 1 dan 0. Tidak ada pilihan lain. Kita menjadi netral ketika bisa masuk ke ruang A dan B sekaligus, untuk mencari kaum radikalis. Dimanapun mereka bersembunyi, hadapi! Hanya, gunakan cara yang santun, akhlak, dan sopan. Diam sama dengan pengecut. Di Suriah, orang-orang netral inilah yang pertama kali dipenggal kepalanya ketika ISIS menguasai Suriah. Mereka abai terhadap situasi dan tidak melakukan apa-apa saat mulai ada indikasi serangan hoax. ISIS memenggal kepala mereka demi ditakuti dan makin mahal harganya sebagai tentara bayaran.

Di Indonesia, orang-orang netral ini misalnya silent reader. Mereka tidak like atau comment status, tetapi ketika kebenaran mulai tersingkap, barulah mereka menunjukkan diri. Oleh karena itu, menghadapi orang radikal mesti dengan pemetaan locus yang jelas dan jangan takut menyampaikan kebenaran.Ruang-ruang publik tanpa jaringan internet menjadi solusi tepat untuk kembali menjadi manusia. Jepang sudah mulai dengan era SOCIETY 5.0 untuk mengajak orang kembali menghargai nilai kemanusiaan dengan orang yang nyata, ada. Kebanyakan orang percaya bahwa ada kebaikan. Dalam konteks Pemilu, misalnya, golput sama saja dengan menyerahkan senjata kepada musuh. Peristiwa mancanegara harus menjadi kitab pembelajaran. Ambil sikap kritis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun