Mohon tunggu...
David Olin
David Olin Mohon Tunggu... Pustakawan - Pemerhati Bahasa, Memberi Hati Pada Bahasa, Meluaskan Dunia Lewat Bahasa

Setiap kali menatap mentari, bulan selalu mendapat cahaya baru.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berani Beropini di Dunia Digital

19 November 2019   07:00 Diperbarui: 19 November 2019   07:05 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Konstruksi hoax yang paling sederhana diceritakan lewat pengalaman masa kecil. Seringkali orangtua menyuruh anaknya masuk ke dalam rumah menjelang magrib sambil mengatakan bahwa "kalau kamu tidak segera masuk ke rumah, nanti ada pocong yang menculikmu." Secara sederhana, hal ini sudah dinamakan post truth.

Disinformasi terbukti telah menghancurkan negara Irak dan Suriah (Suni dan Syiah). Indonesia termasuk negara yang sudah siap menghadapi ancaman ini dengan adanya cyber crime. Beliau mengatakan bahwa untuk saat ini, What's App termasuk "senjata pembunuh" mematikan yang masuk ke ruang pribadi. Medsos pada dasarnya adalah sarana, senjata, yang dapat digunakan demi kepentingan yang benar maupun sebaliknya. Pilihan ketiga yaitu tidak terlibat sama sekali akan dibahas pada bagian terakhir diskusi ini.

Media Internasional (yang dianggap terpercaya) seperti CNN, BBC dituduh sebagai corong kapitalisme. Media sosial, sebaliknya, mampu menyentuh permasalahan yang terjadi pada lapisan akar rumput.

Permasalahannya saat ini tidak lain adalah mengabarkan kebenaran dan caranya. Sebab, bagaimana bisa kebenaran dikabarkan dengan cara yang salah (memaki, mengutuk, mengancam)? Sampaikanlah kebenaran itu dengan akhlak dan santun. Salah satu kebenaran yang saat ini sedang diperjuangkan adalah TOLERANSI. Toleransi bisa diusahakan dengan membuat acara bersama misalnya lintas agama. Salah satu peristiwa positif yang menggugah warganet sekitar Natal 2018 adalah ketika seorang muslimah berhijab memainkan biola dalam sebuah perayaan Ekaristi di Yogyakarta. Momen ini disebut Bang Denny "momen toleransi terindah selama 15 tahun berjuang di FB". Itu salah satu "tamparan" terhadap kaum intoleran.

Tantangan kedua adalah membangun opini yang baik. Tulislah hal-hal yang baik. Temukan diri anda sendiri:

Apakah saya selalu merasa diri benar (judgemental)

Kita bukan siapa-siapa

Tidak tahu apa-apa.

Pendekatannya sederhana. Saat saya menjadi nobody yang know nothing, saya bebas bersuara sebagai bukan siapa-siapa dan orang bodoh. (Red: Ingat Socrates?)

Mengenai buku Tuhan dalam Secangkir Kopi yang menyentuh berbagai kalangan, Bang Denny mengajak kita semua untuk "merobek keagamaan dan kembali menjadi manusia." Dengan lepas dari kesempitan ideologi, seorang manusia mampu menghayati hubungan vertikal dengan Sang Pencipta sekaligus berbuat kebaikan bagi sesama di sekitarnya.

Catatan: Bang Denny berbicara bak orator yang kharismatis, menggugah afeksi pendengar. Penjelasannya lebih banyak diambil lewat pengalaman hidup berjuang menegakkan kebenaran melalui FB. Tidak jarang beliau diancam via WA akan dibunuh. Tetapi beliau kelihatannya tidak gentar sedikitpun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun