Mohon tunggu...
Pandji Kiansantang
Pandji Kiansantang Mohon Tunggu... Penulis - "Bahagia Membahagiakan Sesama"

Menulis itu Membahagiakan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tragedi Hari Perdamaian Dunia pada "Tahun Pandemi"

22 September 2020   07:55 Diperbarui: 22 September 2020   08:04 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Biasanya "Hari Perdamaian Dunia" (International Day of Peace) setiap 21 September disambut di seantero dunia dengan rasa bersyukur dan penuh harapan. Bayangan kehancuran 2 perang dunia di masa lalu dan kekhawatiran meletusnya Perang Dunia Ketiga mendasari sikap ini. Selalu ada optimisme dalam menciptakan "dunia yang lebih baik di masa depan"... dunia yang damai, tanpa perang. Ada harapan besar bahwa yang dulu dianggap "Utopia" kini bisa menjadi "Realita"... sebagaimana lagu "Imagine" oleh John Lennon (1971)... Damai di dunia... 

2020 sesungguhnya "angka cantik". Ada yang menjulukinya "tahun kembar" 20-20. Oleh karenanya, banyak yang menjadikannya sebagai tahun untuk menikah atau melahirkan anak. Tapi sayangnya kenyataannya tak seindah itu. Memang, hidup tak seiindah di dongeng. Apa yang terjadi tahun ini menyadarkan kita untuk "membumi" (down to earth), tidak lagi hidup di angan-angan... Tidak semua yang kita inginkan akan terwujud... karena kita hidup di Dunia, bukan di Surga... 

Pandemi virus Corona telah menjadikan kesehatan menjadi hal yang utama... "Healthy first", "Yang penting, Sehat"... Jika tahun lalu marak dengan slogan "NKRI Harga Mati!", ancaman Corona yang makin merajalela pada tahun ini memunculkan ungkapan "Kesehatan Harga Mati!". 

Saat ini lebih dari 30 juta orang terinfeksi dan hampir 1 juta orang meninggal di seluruh dunia karena Corona. Ini menjadikan adagium (kata mutiara) "Health is the True Wealth" (Kesehatan adalah Kekayaan Sejati) menjadi terbukti kebenarannya. 

Dalam hal perdamaian dunia, kita semua mungkin harus "berterimakasih" pada Pandemi Corona... bisa dibilang tidak ada perang dan konflik bersenjata dalam skala besar pada tahun ini. 

Bahkan konflik Donald Trump dan Xi Jinping yang memunculkan kekhawatiran Perang AS vs RRC, terbukti hanya "perang kata-kata" atau "tweetwar" saja. Dari aspek militer,  mungkin tahun 2020 ini menjadi "tahun paling damai" pada seabad ini... Ancaman pandemi telah meredam "naluri perang" para pemimpin dunia. Tidak ada nyawa yang melayang dan korban tak berdosa akibat keganasan perang.

Kini Front perang telah bergeser dari militer ke kesehatan... dari melawan pasukan bersenjata dengan persenjataan canggih melawan virus : musuh super-mini tidak kasat mata yang maha dahsyat. Yang terjadi sekarang adalah semacam "Invicible war" (perang tidak terlihat) atau "silent war" (perang senyap)... 

Laporan terkini dari medan perang : di sejumlah negara, musuh bisa diredam. Tapi di belahan  dunia lainnya, termasuk tanah air, kita dalam keadaan "terkepung", serangan musuh seakan tak terbendung... Korban jatuh secara massif, termasuk para tenaga medis di "garda terdepan".

 Seperti para ilmuwan AS pada tahun 1945 melakukan riset "Proyek Manhatann" untuk mengakhiri Perang Dunia Kedua, para ilmuwan dunia kini juga sedang mempersiapkan "bom atom" untuk melumpuhkan pandemi Corona. Mereka berpacu dengan waktu untuk memproduksi "senjata pamungkas" dalam perang global melawan virus berupa Vaksin anti-Corona.

 Tidak pernah ada yang memprediksi bahwa tahun ini dunia akan diserang pandemi. Jadi tidak ada pula yang dapat menjamin bahwa pada tahun depan, kehidupan akan kembali normal, atau justru terjadi "Kiamat". Sebelum vaksin berhasil ditemukan, dunia diambang kapitulasi (menyerah) pada virus ini. Umat manusia dalam ancaman kepunahan. 

Dalam situasi ini "Hari Perdamaian Dunia" pada tahun 2020 sepantasnya diperingati dalan keadaan prihatin. Tidak ada perang, tapi ratusan ribu nyawa melayang. Bahkan lebih parah lagi, akibat pandemi dan krisis sosial-ekonomi yang diakibatkannya, kedamaian bukan hanya hilang di tingkat global atau nasional, tapi juga telah mengancam rumah tangga dan tiap pribadi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun