Mohon tunggu...
Pandji Kiansantang
Pandji Kiansantang Mohon Tunggu... Penulis - "Bahagia Membahagiakan Sesama"

Menulis itu Membahagiakan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

"Cukuplah Kematian Itu sebagai Nasihat"

1 September 2020   06:51 Diperbarui: 1 September 2020   06:47 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi via kaltengtoday.com

 *Didedikasikan bagi 100 Dokter dan 70 Perawat yang gugur terinfeksi Corona 

CC : Ikatan Dokter Indonesia (IDI) & Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

Siapa bilang menolong orang itu MUDAH ? Kenapa kita perlu BERTERIMAKASIH pada orang yang membantu kita? Jawabnya karena... yang paling GAMPANG adalah berdiam diri, berpangku tangan, pada saat orang lain membutuhkan pertolongan... tidak ada resikonya.. paling-paling hanya ada "rasa bersalah" di hati nurani (itupun kalau hati nuraninya masih peka).. 

Menolong orang itu SULIT dan mengandung RESIKO. Perlu "pengorbanan" tenaga, pikiran, waktu dan kadang-kadang materi (uang dan barang). Ditambah lagi belum tentu niat baik membantu direspons secara baik... bisa jadi disalahpahami:  dicurigai, dituduh ada "udang di balik batu", di-ghibah-in "riya'" (pamer amal)... 

Kalau 75 tahun lalu, para pejuang 45 mengorbankan "darah dan air mata" dalam mempertahankan kemerdekaan negeri, masih adakah pengorbanan semacam itu di zaman milineal ini? Sukar dipercaya, tapi ternyata memang ADA.. dan nyata! 

Per hari ini sudah 100 Dokter dan 70 Perawat gugur karena terinfeksi Corona. Sebagian besar karena terpapar ketika sedang bertugas menolong pasien Corona. Tragis, yang menolong justru jadi KORBAN... 

Seperti melihat orang yang minta tolong karena tenggelam di laut yang ombaknya menggelora. Apa yang akan kita lakukan? Hampir semuanya cuma menonton. Sebagian merekamnya di HP dan menshare di medsos. Mungkin hanya ada 1 orang yang berani terjun untuk menolong orang yang malang. 

Sedihnya tidak semua niat baik itu berhasil. Terkadang, yang ditolong terselamatkan, tapi yang menolong justru meninggal tenggelam. Apa REAKSI orang yang menyaksikan kejadian itu... Hampir semua bilang "Kasihan", tapi ada juga yang berkomentar "Salah sendiri, sok jadi pahlawan"... 

Demikian juga dengan kejadian tragis wafatnya 100 dokter dan 70 perawat ini. Sebagian dari kita membaca berita ini dengan sambil lalu. Bagi mereka, itu cuma data statistik... korban Corona hanya ANGKA di media massa. Ada juga yang menganggapnya "resiko pekerjaan" dan dengan sinis berkomentar "mereka kan dibayar mahal untuk melakukan pekerjaanya"... makin nyinyir setelah mendengar adanya insentif dari pemerintah untuk tenaga kesehatan... Ini pandangan yang "tidak manusiawi" tapi nyata ada di antara kita... 

Dokter, profesi mulia,  yang menjadi cita-cita banyak anak kecil ketika ditanya "mau jadi apa kalau sudah besar?" Kini menjadi profesi terhormat, idaman para calon istri/suami dan mertua... Biaya mahal kuliah di fakultas kedokteran seakan  terbayar dengan penghasilan besar jika sudah praktek. Sudah bukan rahasia umum, ada dokter yang hanya mementingkan mencari uang : menjadikan pasien sebagai "ATM berjalan".... 

Tapi jangan lupa, sesungguhnya jauh lebih BANYAK dokter dan perawat yang memiliki idealisme, tetap menjunjung Sumpah Hippokrates dan mengusung misi kemanusiaan. Mereka RELA ditempatkan di desa tertinggal, terisolasi, jauh dari perkotaan. Boro-boro dibayar mahal, pasien di Puskesmas di sana terkadang tidak mampu membayar. Mereka ini pula yang menjadi "garda terdepan" dalam penanganan virus Corona di tanah air. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun