Mohon tunggu...
P Joko Purwanto
P Joko Purwanto Mohon Tunggu... Teacher

Becoming added value for individual and institute, deeply having awareness of personal branding, being healthy in learning and growth, internal, external perspective in order to reach my vision in life, and increasingly becoming enthusiastic (passion), empathy, creative, innovative, and highly-motivated.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Harapan bagi yang Lemah dan Tersisih: Tahanan dan Orang Sakit - Katekese Juli 2025

28 Juni 2025   22:15 Diperbarui: 28 Juni 2025   22:15 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Harapan bagi yang Lemah dan Tersisih: Tahanan dan Orang Sakit - Katekese Juli 2025/Dokimen Pribadi)

Saudaraku yang terkasih dalam Kristus,

Namun, menghadirkan harapan bukanlah perkara mudah. Seringkali, masyarakat justru menghakimi daripada memulihkan. Gereja dipanggil menjadi ruang yang membebaskan: tidak hanya secara spiritual, tetapi juga sosial dan psikologis. Dengan mendorong amnesti atau rekonsiliasi yang manusiawi, Gereja menjalankan mandat Kristus untuk membebaskan mereka yang terpenjara dalam sistem dan dosa.

Demikian juga dengan orang-orang sakit. Mereka adalah ikon Kristus yang tersembunyi. Dalam derita, mereka menjadi tempat di mana cinta diuji dan harapan ditumbuhkan. Menjadi pendamping orang sakit berarti memuliakan martabat manusia dalam bentuk paling rentan. Di sini, cinta bukanlah sekadar rasa, melainkan keputusan untuk hadir dalam luka.

Katekese ini juga menantang kita untuk melihat ulang struktur pelayanan kita. Apakah komunitas kita ramah bagi yang sakit dan tersingkir? Apakah ada program kunjungan, bantuan, atau sekadar telepon untuk mendengarkan mereka? Gereja yang diam adalah Gereja yang mematikan harapan.

Yubileum bukan hanya soal peziarahan menuju pintu suci, tetapi membuka pintu hati menuju belas kasih. Maka, kita diajak untuk menjadikan kehidupan kita sebagai pintu yang terbuka: bagi para narapidana, orang sakit, dan mereka yang merasa tidak layak dikasihi.

Paus Fransiskus bahkan membuka pintu suci di penjara dan mengunjungi mereka sebagai simbol bahwa harapan Allah menjangkau hingga lorong-lorong isolasi dan keterasingan. Ini menjadi seruan bagi kita semua untuk membuka ‘pintu-pintu’ baru di komunitas kita: pintu penerimaan, pintu rekonsiliasi, dan pintu kasih aktif.

Dunia saat ini ditandai oleh budaya yang cepat menghukum, lambat mengampuni. Namun, harapan yang sejati justru hadir di tengah luka terdalam. Di sinilah umat beriman menjadi pelita: bukan untuk menghakimi, tetapi menerangi dengan kehangatan kasih.

Perutusan

Saudara-saudari,

Marilah kita tidak membiarkan harapan hanya menjadi konsep yang indah, tetapi menjelma menjadi gerakan hati dan tangan. Kita diutus untuk menjadi wajah belas kasih Allah: di penjara, di rumah sakit, di tempat-tempat terluka lainnya. Yubileum adalah kesempatan ilahi untuk menjadi komunitas yang peduli, bukan yang menyingkirkan; yang mengampuni, bukan menghakimi.

Dalam minggu-minggu ke depan, marilah kita bertanya: siapakah yang tersingkir di lingkungan kita? Siapa yang perlu disapa, dikunjungi, dikuatkan? Semoga setiap langkah kecil kita menjadi gema dari Injil harapan yang menyelamatkan. Karena bersama Kristus, tidak ada luka yang sia-sia dan tidak ada penjara yang tidak dapat ditembus oleh cahaya kasih-Nya.

Doa Yubileum

Bapa di surga,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun