Mohon tunggu...
Pius Rengka
Pius Rengka Mohon Tunggu... Pemulung Kata -

Artikel kebudayaan, politik, sosial, budaya, sastra dan olahraga. Facebook:piusrengka. Surel:piusrengka@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kupang dan Ruteng: Dua Doktor di Dua Kota Kotor

17 Januari 2019   17:20 Diperbarui: 18 Januari 2019   03:28 2426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: POS KUPANG/GECIO VIANA

Mulut dukun komat kamit.  Tidak  perlu verifikasi bertanya apa persis isi kata-kata yang ditampakkan dukun dengan mulut komat kamit itu. Percaya dan diyakini seyakin-yakinnya saja, bahwa itu komat kamit adalah serial pengucapan jampi-jampi dan sejenis metode panggilan sahih kepada nenek moyang dan kekuatan gaib. Kadangkala si sakit direndam di kolam sungai nan dalam selama waktu tertentu.

 Andaikan, dukun penyidap TBC, maka ludah dukun itulah media paling cepat penularan TBC. Tetapi, jika kemudian si sakit mengidap TBC, dukun boleh saja berkata, TBC itu diidap si sakit karena alam gaib belum merestui permintaannya.

Ludah dukun dipandang sebagai obat pendatang keselamatan dan  pembawa si sakit  keluar dari arena derita dan dhuka. Ia bakal sembuh.

Orang kampung membuang sampah di mana saja. Kencing dan tinja disiram di mana saja. Apalagi  setelah serial makan daging babi saat kempanye politik. Banyak di antaranya, buang tinja di serambi rumah. Mereka percaya, akan ada mahluk lain sebagai pembersih. Biasanya, babi ternak milik mereka berperan sebagai petugas kebersihan kampung.

Membuang dahak saat sedang makan pun, bukan satu hal buruk atau melanggar etiket, atau sopan santun, melainkan keniscayaan yang biasa. Air ingus pun ikut masuk  ke mangkuk sayur, bercampur menambah rasa asin.

Tegur sapa di antara mereka sebagai pola menjaga harmoni. Kadang, mereka bertanya sesuatu bersifat privat yang bukan menjadi urusannya. Misalnya, "hei kamu ke mana dan mau buat apa?". Itu ditanyakan semacam basa-basi yang sudah menjadi basi dari waktu ke waktu, tetapi basa-basi biasa.

Orang Kampung di Kota:

Di zaman modern ini, sisa-sisa orang kampung banyak tinggal di kota-kota.  Banyak di antaranya bersekolah tinggi. Bahkan ada di antaranya bergelar sangat tinggi. Tetapi, tak perlu kaget, bila di antara mereka  masih tekun dan setia pergi ke dukun mendengar titah dukun tentang masa depan politik.

Para calon Kepala Desa, legislator atau calon bupati, misalnya. Ada di antara mereka rajin nian berkunjung ke dukun. Analisa politik hasil riset ilmiah ditinggal jauh-jauh. Literatur politik dan nasihat filsafati, dibiarkan sunyi di perpustakaan, karena mereka lebih gemar berkonsultasi  ke dukun dan memohon tuntunannya.

Membedakan kelakuan orang kampung dengan  orang kota, memang, banyak ditulis para Sosiolog. Unsur pembeda antara lain disebutkan, orang kota itu selalu rasional. Basis tindakannya, mengandalkan otak dan ilmu pengetahuan. Mengelola hubungan sosial dan lingkungan fisik selalu mengandalkan ilmu pengetahuan sistematis.

Ilmu pengetahuan diandalkannya mengatasi masalah kehidupan. Mereka cenderung individual. Segala sesuatu dihitung seturut  sudut untung rugi, asas manfaat dan nilai kekayaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun