Mohon tunggu...
Pitrus Puspito
Pitrus Puspito Mohon Tunggu... Guru Bahasa dan Sastra Indonesia

Reading is caring, writing is sharing.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kreativitas Bukanlah Bakat Alami, Melainkan Keterampilan yang Terus Dilatih

12 Maret 2025   04:58 Diperbarui: 28 Maret 2025   08:40 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kreativitas seseorang bukanlah bakat alami, melainkan harus ditumbuhkan sejak kecil dan dikembangkan sepanjang hayat. Apabila kita mengingat dua ektrem teori perkembangan anak, yaitu teori nativisme dan teori perkembangan kognitif. Teori pertama menyatakan bahwa anak lahir dengan bakat alami, sementara teori kedua berpendapat bahwa perkembangan kognitif anak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Maka dari itu, kreativitas tergolong keterampilan yang berkembang karena berbagai faktor.  

Dalam teori pendidikan, ada empat aspek dalam keterampilan berpikir kreatif, yaitu aspek fluency (kefasihan), flexibility (fleksibilitas), originatily (keaslian), dan elaboration (elaborasi). Keempat aspek ini tentu perlu dilatih dan diasah layaknya pisau. Seseorang memiliki ketajaman berpikir dan sangat kreatif, sementara yang lain dianggap kurang kreatif. Semua adalah hasil dari latihan. Melatih dan mengasah keempat aspek keterampilan berpikir kreatif bisa dengan rangsangan, pengkondisian atau pembiasaan.

Seseorang yang sadar untuk mengembangkan kreativitasnya, ia dengan sengaja dan terencana akan melatih kreativitasnya dengan cara atau pembiasaan. Berikuti ini beberapa cara untuk melatih keterampilan berpikir kreatif dalam keseharian. Pertama, membiasakan diri untuk menyediakan sejumlah jawaban dari sebuah pertanyaan. Cara ini juga berlatih untuk memikirkan bermacam-macam cara yang berbeda untuk menyelesaikan suatu masalah. Seseorang akan belajar memikirkan kemungkinan-kemungkinan hal yang akan terjadi dari sebuah tindakan.

Cara kedua, belajar untuk menilai kekurangan dan keunggulan dari sebuah objek atau situasi. Proses ini melatih seseorang untuk memberi penilaian sebelum melakukan tindakan yang akan diambilnya. Cara ketiga, memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, berita, musik, film, dan objek lainnya termasuk menafsirkan masalah. Hal ini penting untuk melatih menggunakan berbagai sudut pandang untuk menyelesaikan masalah.

Cara keempat, menggolongkan hal-hal menurut pembagian kategori yang berbeda. Menggolongkan atau mengklasifikasikan benda maupun situasi merupakan proses awal seseorang berpikir sistematis dan metodologis. Cara berikutnya yakni menemukan ide baru setelah membaca atau mendengar gagasan-gagasan orang lain. Ide baru itu merupakan pengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain.

Cara terakhir yaitu mencari arti yang mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah terperinci. Pada proses ini seseorang mulai mencoba serta menguji detail-detail untuk tindakan berikutnya. Itulah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk melatih keterampilan berpikir kreatif. Sebagai proses berlatih dari subjek manusia yang dinamis, tentu saja ada cara lain untuk mengembangkan kreativitas seseorang.

Keterampilan berpikir kreatif seharusnya dijadikan pembelajaran resmi di sekolah, karena kreativitas telah terbukti menjadi faktor penentu keberhasilan seorang individu atau kelompok bahkan kemajuan suatu bangsa. Dengan demikikan kreativitas dapat dikembangkan melalui pembelajaran, pembiasaan dan pengalaman langsung individu di dalam hidupnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun