Mohon tunggu...
Pither Yurhans Lakapu
Pither Yurhans Lakapu Mohon Tunggu... Penulis - Pemitra (pejuang mielitis transversa)

Penulis buku "TEGAR!; Catatan Perjuangan Melawan Mielitis Transversa". Twitter: @pitherpung, blog: https://pitherpung.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Ketika Orang Desa Antusias Diperkenalkan Internet

14 Februari 2015   20:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:11 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga sedang menikmati layanan PLIK (Dok. PLIK Kolbano).

Suatu sore di pertengahan tahun 2010, datang seorang bapak ke warnet kami di Desa Kolbano, Kab. Timor Tengah Selatan-NTT. Dari raut mukanya terbaca kalau beliau sedang menahan emosi. "Nak, saya dengar katanya di internet kita bisa cari informasi apa saja?" Tanyanya pada operator warnet. "Iya, bapak mau cari informasi apa?" jawab operator seraya menawarkan bantuan pada si bapak. "Anak bisa bantu cari informasi kah, siapa yang curi pukat bapak di pantai tadi malam?" Sang bapak yang berprofesi nelayan ini mengutarakan niatnya. Operator warnet hanya tertawa melihat pemahaman si bapak terhadap maksud "informasi apa saja bisa dicari di internet." Ia lalu berusaha menjelaskan dengan bahasa sederhana maksud dari ungkapan itu. Si bapak mengira bahwa dengan internet segala sesuatu di dunia bisa didapatkan termasuk hal-hal rahasia. Beliau mengira internet memiliki kemampuan "supranatural," sanggup menerawang segala kejadian yang tidak bisa dijangkau manusia secara normal lalu menyajikan informasinya di layar komputer. Ketidaktahuan sang bapak beralasan karena saat itu warnet kami baru berdiri dan merupakan satu-satunya warnet di kecamatan yang terletak di bagian selatatan P. Timor ini. Salah satu dari ribuan unit warnet bersubsidi di seluruh Indonesia program Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) berlabel Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) yang diluncurkan tahun 2010. Kehadiran program yang bertujuan mempercepat pemerataan akses telekomunikasi dan informasi di daerah tertinggal, terpencil dan perbatasan ini cukup efektif membantu masyarakat memberantas kegagapan teknologi serta mengikis gap informasi yang kerap dialami masyarakat pedalaman. Kelengkapan warnet berupa seperangkat antena, modem, server, hotspot Wi-Fi, 5 unit PC client, printer, genzet serta meja dan kursi. Dengan kecepatan download yang didapatkan berkisar 60 KB/sec (dari yang dijanjikan minimal 256 KB/sec), kalau lagi beruntung bisa mencapai 170 KB/sec, keberadaan PLIK sangat penting bagi masyarakat di kecamatan kami. Sejak kehadirannya 5 tahun lalu mereka yang awalnya "buta" perlahan-lahan mulai melek dan akrab dengan internet serta cukup peka terhadap perkembangan dunia luar. Dukungan subsidi pemerintah menjadikan biaya aksesnya relatif murah, masyarakat mulai dari anak sekolah hingga orang tua kerap datang untuk sekedar belajar memegang mouse dan keyboard, ber-medsos, mencari tugas sekolah, mengikuti perkembangan berita terhangat hingga kirim-terima email bagi yang sudah cukup familiar. [caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Warga sedang menikmati layanan PLIK (Dok. PLIK Kolbano)."][/caption] Dari pengalaman kami, beberapa hal positif dari kehadiran satu-satunya warnet di kecamatan ini adalah: 1. Masyarakat desa perlahan-lahan mulai mengenal produk "teknologi tinggi" berupa komputer dan internet yang selama ini masih dianggap sebagai barang "mewah" dan hanya mampu dioperasikan oleh mereka-mereka yang "sekolah sarjana" alias berpendidikan tinggi. Komputer dan internet tak lagi dianggap sebagai barangnya "orang kota" yang sering dipakai untuk gagah-gagahan di depan orang-orang desa. 2. Mengingat masyarakat di kecamatan kami dan sekitarnya sudah mulai terbuka menyangkut pendidikan (terbukti dengan semakin banyak anak melanjutkan studi hingga PT) dan beberapa diantaranya memilih Universitas Terbuka sebagai lembaga tempat melanjutkan studi maka kehadiran PLIK memberikan alternatif sarana belajar yang cukup praktis dan efektif. Di warnet mereka dengan mudah melakukan berbagai aktifitas perkuliahan seperti mendownload materi, mencari tugas, dll. 3. Masyarakat desa yang selama ini sering terlambat mengetahui perkembangan berita, kini sudah lebih cepat mengetahui informasi di daerah dan belahan dunia lain dengan membaca berbagai media online ataupun tukar-menukar informasi lewat media sosial. Mudah, murah dan cepat. 4. Dengan kehadiran warnet, masyarakat yang umumnya petani, nelayan dan peternak tidak lagi mudah percaya akan harga-harga komoditi yang dikabarkan pedagang pengepul hasil alam. Biasanya masyarakat percaya saja akan harga yang disampaikan para pedagang (mis. harga komoditi pertanian lagi bagus di luar sana tapi pengepul mengatakan harga lagi anjlok), tapi lewat internet mereka bisa membandingkan sendiri harga yang ditawarkan pembeli dengan harga di kota atau daerah lain. 5. Bagi petani-nelayan, informasi cuaca dan iklim sangat penting untuk melakukan tindakan yang berhubungan dengan keberhasilan mata pencaharian mereka, misalnya kapan boleh mulai menanam, apakah laut akan cukup aman untuk dilayari dll. Lewat internet mereka bisa terbantu mengambil keputusan bukan hanya berdasarkan perkiraan tapi melalui kajian ilmiah yang cukup akurat. Poin 4 & 5 ini memang belum begitu dimanfaatkan saat ini tapi saya yakin ke depan akan semakin dilirik jika pikiran mereka makin terbuka. 6. Terbuka juga peluang untuk lahirnya jurnalis-jurnalis warga dari desa di tengah perkembangan pesat media sosial saat ini. Sayangnya, kehadiran PLIK yang sedikit demi sedikit mulai dirasakan manfaatnya itu dihentikan pemerintah pada pertengahan tahun 2014. Sejak saat itu sinyal PLIK diputus dan tidak bisa diakses. Seluruh perangkat PLIK pun hendak ditarik kembali tetapi masih belum terjadi kesepakatan antara Mitra PLIK (di seluruh NTT) dengan pihak pemenang tender, ini dikarenakan semua pengelola PLIK bersepakat untuk tidak mengembalikan perangkat PLIK sebelum hak mereka berupa subsidi operasional bulanan yang mandeg sejak sekitar 2 tahun terakhir dilunasi. Kelanjutan proyek ini pun belum begitu jelas walaupun Menkominfo baru telah mewacanakan akan melanjutkannya. Praktis, PLIK tak ubahnya proyek "PHP" (pemberi harapan palsu) bagi masyarakat desa. Pemerintah melalui Kemenkominfo memberikan harapan dengan menghadirkan pelayanan internet di tengah masyarakat dengan biaya terjangkau dan kecepatan akses yang (dianggap) cukup baik untuk ukuran orang desa, tapi di saat mereka sudah mulai menikmati manfaatnya justeru proyek ini dihentikan. Empat tahun "bergaul," masyarakat desa baru berada pada taraf mulai mengenal internet. Mereka belum sampai pada taraf mempersoalkan kecepatan akses dengan serius seperti yang sudah dinikmati sesama warga negara lain dan diungkapkan kompasianer-kompasianer di sini. Walaupun kecepatan aksesnya lelet, kerap terpengaruh cuaca dan tidak stabil, juga perangkatnya sering "rewel" tapi kehadiran satu unit PLIK sempat memberikan harapan yang besar. Mereka yang sempat menikmati cerahnya dunia, kini harus kembali ke jaman kegelapan.* Pither Yurhans Lakapu, Penanggung Jawab PLIK Kolbano, TTS-NTT

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun