Mohon tunggu...
Petrus Pit Duka Karwayu
Petrus Pit Duka Karwayu Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Jalanan

Jika kamu tidak bisa membuat orang lain kagum dengan kepintaranmu, maka paling tidak kamu dapat membuat mereka bingung dengan kebodohanmu.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Yabanci: Orang Asing

16 Maret 2021   08:23 Diperbarui: 16 Maret 2021   08:31 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Itulah kata yang biasa diungkapkan orang Armenia di Turki. Ermeni dl' (benih Armenia) adalah pelanggaran besar di Turki. Tentu kita sadar akan peristiwa di tahun 1915, bagaimana Masyarakat Sejarah Turki (Trk Tarih Kurumu), mempertahankan dan mempromosikan 'tesis resmi' di tingkat nasional dan internasional. Orang-orang Turki memang merasa sulit membaca sejarah mereka selain dengan cara defensif.

Dimulai dengan konteks sejarah yang luas , yaitu drama runtuhnya Kesultanan Utsmaniyah. Dalam tragedi tersebut banyak masyarakat Muslim Turki tewas dalam perang, dan jutaan lainnya melarikan diri dari tanah air selama Perang Balkan dan pergi ke Anatolia, yang masih dikenang sebagai peristiwa traumatis. Pada masa itu, orang-orang Armenia, yang tersebar di seluruh Anatolia, mengkhianati Kekaisaran, bersekutu dengan ekspansionisme Rusia selama Perang Dunia Pertama. 

Pengkhianatan ini adalah alasan mengapa tiga serangkai Turki Muda yang memimpin Komite Persatuan dan Kemajuan, kemudian di puncak Negara Utsmaniyah, memberi perintah untuk "merelokasi" orang-orang Armenia ke Selatan (di Deir az-Zor atau Suriah Timur): untuk menghancurkan kelompok Armenia secara keseluruhan atau sebagian--- begitulah Konvensi PBB 1948 tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida.

Tesis resmi tidak hanya mengacu pada pengkhianatan kelompok Armenia dan kejahatan yang dilakukan oleh beberapa dari mereka, tetapi juga mencampurkannya dengan kekerasan nasionalis Armenia yang membunuh sekitar 30 diplomat Turki selama tahun 1970-an dan 1980-an untuk meningkatkan kesadaran akan perjuangan mereka, mengkonfirmasikan di mata sebagian besar orang Turki pengkhianatan orang Armenia. Kemudian perang Nagorno-Karabakh antara negara tetangga Armenia dan Azerbaijan pada awal 1990-an telah digunakan sebagai bukti tambahan. Perang inilah yang menyebabkan penutupan perbatasan antara Turki dan Armenia.

Syukurlah, jika sepuluh tahun yang lalu, kita bisa dibawa ke pengadilan karena 'menghina bangsa Turki'  dengan menggunakan kata 'S' (Soykrm: Genosida dalam bahasa Turki) di depan umum. Dalam satu dekade terakhir, dengan kebangkitan AKP dikombinasikan dengan penerimaan globalisasi yang semakin meningkat dan dimulainya proses UE, masyarakat sipil menjadi lebih bebas dan tidak terlalu didominasi oleh nasionalisme Turki, dan menjadi mungkin untuk mulai mendiskusikan apa yang terjadi pada 1915 dengan lebih bebas.

Pada 2004, Fethiye etin, seorang pengacara terkenal, menulis Anneannem, menceritakan kisah kerabatnya yang dianggap dalam keluarganya sebagai seorang Muslim, kendati sebenarnya dia adalah seorang Armenia yang telah dicuri oleh polisi dan diadopsi. Hal ini menyebabkan penyingkapan serupa lainnya, yang perlahan-lahan mengubah cara orang Turki, yang semuanya dibesarkan dengan tesis resmi dan dalam narasi nasionalis Turki yang kuat, memandang diri mereka sendiri. Saat ini, 'orang Armenia yang tersembunyi' dibicarakan dengan lebih terbuka.

Pada 2005, simposium akademis tentang Genosida Armenia diadakan untuk pertama kalinya di Turki, di Universitas Bilgi. Pertemuan serupa, meskipun dengan judul yang lebih eksplisit The Armenian Genocide: Concepts and Comparative Perspectives, berlangsung di Universitas Boazc. Dalam sepuluh tahun berselang, beberapa buku yang menyajikan peristiwa 1915 sebagai genosida, telah diterbitkan dalam bahasa Turki, dan jurnalis serta surat kabar liberal mulai membahas masalah ini dengan bebas. Bahkan Hasan Cemal, cucu Cemal Pasha, salah satu anggota tiga serangkai kepala Kekaisaran Ottoman yang memberikan perintah fatal pada 1915, menulis sebuah buku di tahun 2012 dengan judul, 1915: Ermeni Soykrm (1915: The Armenian Genocide).

Kita mungkin masih ingat, peristiwa pembunuhan Hrant Dink pada 2007 oleh seorang nasionalis muda. Hrant adalah editor surat kabar terkemuka Armenia "Agos". Dapat dibayangkan kematian Hrant menurunkan massa 100.000 orang ke jalan. Mereka bahkan menyatakan Hepimiz Hrant'z! Hepimiz Ermeni'yiz!---  Kita semua adalah Hrant, Kita semua adalah orang Armenia. Tahun berikutnya, jurnalis, akademisi dan intelektual Turki menyebabkan kemarahan di beberapa bagian masyarakat Turki dengan meluncurkan petisi online yang berbunyi: "Hati nurani saya tidak menerima ketidakpekaan yang ditunjukkan dan penyangkalan terhadap Bencana Besar yang dialami oleh orang-orang Armenia Ottoman pada tahun 1915. Saya menolak ketidakadilan, saya berempati dengan perasaan dan penderitaan saudara-saudari Armenia. Saya minta maaf kepada mereka". Juga pada 2008, Abdullah Gl menjadi presiden Turki pertama yang mengunjungi Armenia. Awalnya, ini diperkirakan akan memulai proses rekonsiliasi antara kedua negara, tetapi ternyata tidak.

Pada 2014, Perdana Menteri Erdoan menyampaikan "belasungkawa" kepada orang-orang Armenia, menggambarkan apa yang terjadi sebagai "luka bersama". Ungkapa Erdoan tersebut adalah pertama kalinya penderitaan orang-orang Armenia diakui secara resmi dan publik. Dan pada 2015, selama kampanye pemilihan umum, HDP partai kiri pro-Kurdi meminta secara terbuka pengakuan "genosida Armenia".

Turki telah banyak berubah, tetapi bagi sebagian besar orang Turki pertanyaan ini masih merupakan luka yang belum sembuh. Ada beberapa aspek kehidupan Turki yang terus mengiritasi luka ini, menyebabkan rasa sakit dan reaksi yang tidak terkendali.

Sejauh menyangkut pertanyaan Armenia, menarik untuk membaca apa yang kemudian dideklarasikan oleh Menteri Erdoan dan Davutoglu: "Kami menolak klaim genosida, karena nenek moyang kami tidak dapat melakukan genosida", kata Erdogan pada 2010, menambahkan , "Kami tidak bermain dengan kehormatan". Davutoglu membenarkan hal ini dengan menyatakan: "Bagi kami, ini adalah masalah kehormatan bangsa".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun