Dengan semakin hilangnya luasan tutupan hutan juga sedikit banyak berpengaruh kepada semakin sulitnya satwa liar bertahan di habitatnya karena hutan tempat hidupnya semakin terkikis dan satwa tersebut tak jarang pula hingga mencari tempat baru dan menjangkau penukiman masyarakat. Hal ini pula yang semakin mengkhawatirkan kalau-kalau satwa tersebut bisa menularkan penyakitnya kepada manusia.
Pemiliharaan satwa yang dilindungi selain di larang, juga karena beberapa alasan seperti keberadaan yang semakin langka atau karena kerencamannya. Tetapi sesungguhnya juga terkait kerentanan satwa (binatang) peliharaan (binatang yang dipelihara) bisa menularkan kepada tuannya (si pemilihara), seperti misalnya; orangutan bisa menularkan penyakit TBC kepada manusia ketika orangutan dipelihara oleh manusia.
Habitat hidup satwa liar (alam liar) habitat hidupnya adalah hutan bukan di kandang atau pun di rumah. Jika satwa-satwa banyak dipelihara, maka akan semakin tinggi pula resiko penularannya kepada manusia. Demikian juga, apabila hutan semakin rusak maka resiko penularan penyakit dari hewan kepada manusia semakin tinggi pula.
Ada beberapa hal yang mungkin bisa kita lakukan agar kita tidak tertular oleh penyakit dari hewan dan sebaliknya juga kita agar tidak menularkan penyakit kepada hewan adalah dengan cara kita yaitu dengan tidak memilihara satwa dilindungi (satwa liar) di rumah atau di kandang.
Selain juga tidak merusak habitat hidup dari satwa liar. Hal yang terpenting juga adalah bagaimana cara kita berperilaku bijaksana dengan alam dan alam liar dengan tetap membiarkan mereka hidup di alam liar dengan kebebasan nafas hidupnya di alam pula.
Kita perlu hutan dan satwa liar di hutan sebagai keberlanjutan nafas hidup, bolehlah kiranya kita untuk saling harmoni dengan mereka hingga nanti tanpa menyakiti mereka. Semoga saja...
Petrus Kanisius-Yayasan Palung