Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Semakin Banyak Manusia Merusak Hutan maka Semakin Tinggi Risiko Penyebaran Penyakit

28 April 2020   15:20 Diperbarui: 29 April 2020   00:33 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hutan sebagai sumber hidup semua makhluk hidup, maka jagalah ia  dengan semua isinya hingga nanti. Foto:  Tim Laman

Bagi satwa (hewan), hutan adalah rumah. Demikian halnya dengan manusia di bumi ini, tak sedikit yang masih tergantung nasib nafas hidupnya dengan keberadaan hutan.  Tetapi lain cerita ketika satwa dan manusia sama-sama memiliki penyakit, apa lagi jika itu bisa menyebabkan penularan (menularkan) penyakit.

Beberapa fakta menarik menjelaskan bahwa semakin sering dan banyak manusia merusak hutan maka resiko penyebaran penyakit pun semakin tinggi. Lalu apa hubungannya dengan hutan?. Hutan, hewan dan manusia sejatinya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan satu sama lainnya.

Jika yang satunya rusak maka akan berdampak kepada yang lain pula. Seperti misalnya, kerusakan hutan membawa pengaruh yang sangat besar bagi satwa, satu diantaranya adalah invansi manusia ke hutan semakin sering pula terjadi interaksi antara hewan dan manusia.

Tidak sedikit dari manusia yang secara tidak langsung juga merusak habitat satwa/hewan/makhluk hidup (alam liar) yang kemudian satwa (hewan) tersebut menggigit manusia. Dari interaksi tersebutlah beberapa penyakit menular dari hewan  dapat menular kepada manusia.

Seperti misalnya, penyakit-penyakit yang ditularkan oleh hewan/satwa/binatang bisa membawa penularannya melalui bakteri, virus, parasit dan jamurnya. Adanya kontak tersebut (manusia dan satwa) sangat memungkinkan hewan bisa menularkan penyakit kepada manusia yang kini dikenal dengan istilah Zoonosis.

Banyak data yang menyebutkan; lebih dua pertiga penyakit zoonosis berasal dari satwa liar. Sedangkan menurut Institut Kesehatan Amerika Serikat menyebutkan 60 % penyakit menular merupakan zoonosis.  

Dengan demikian, artinya apabila hewan dan manusia semakin intens kontak secara langsung maka akan semakin tinggi pula resiko penularan penyakit, terutama dari hewan kepada manusia berdasarkan banyak contoh yang sudah terjadi di beberapa negara. Seperti penyakit Ebola yang ditularkan oleh kelelawar ke binatang lain seperti simpanse, gorila, duiker, bahkan hewan ternak seperti babi.

Ada pula lyme yang disebabkan oleh kutu rusa. Penyakit ini bisa menempel pada kulit manusia, memotong kulit, dan memasukan tabung makananya. Jika kutu membawa bakteri yang menyebabkan penyakit Lyme maka seseorang itu terkena zoonosis.

Penyakit-penyakit tersebut bisa menular kepada manusia karena adanya kontak langsung atau ketika mengkonsumsi satwa tersebut. Semakin sering dan banyak manusia merusak hutan maka semakin rentan pula kita terkena penyakit yang disebabkan oleh hewan.

Saat ini ada hal yang sangat mengkhwatirkan, yaitu terkait masih adanya perdagangan dan pemiliharaan  satwa liar oleh beberapa oknum masyarakat kita bumi ini yang memungkinkan pula terjadinya penularan penyakit dari hewan ke manusia. Karena hal tersebut membuat semakin seringnya kontak antara hewan dan manusia.

Dengan semakin hilangnya luasan tutupan hutan juga sedikit banyak berpengaruh kepada semakin sulitnya satwa liar bertahan di habitatnya karena hutan tempat hidupnya semakin terkikis dan satwa tersebut tak jarang pula hingga mencari tempat baru dan menjangkau penukiman masyarakat. Hal ini pula yang semakin mengkhawatirkan kalau-kalau satwa tersebut bisa menularkan penyakitnya kepada manusia.

Pemiliharaan satwa yang dilindungi selain di larang, juga karena beberapa alasan seperti keberadaan yang semakin langka atau karena kerencamannya. Tetapi sesungguhnya juga terkait kerentanan satwa (binatang) peliharaan (binatang yang dipelihara) bisa menularkan kepada tuannya (si pemilihara), seperti misalnya; orangutan bisa menularkan penyakit TBC kepada manusia ketika orangutan dipelihara oleh manusia.

Habitat hidup satwa liar (alam liar) habitat hidupnya adalah hutan bukan di kandang atau pun di rumah. Jika satwa-satwa banyak dipelihara, maka akan semakin tinggi pula resiko penularannya kepada manusia. Demikian juga, apabila hutan semakin rusak maka resiko penularan penyakit dari hewan kepada manusia semakin tinggi pula.

Ada beberapa hal yang mungkin bisa kita lakukan agar kita tidak tertular oleh penyakit dari hewan dan sebaliknya juga kita agar tidak menularkan penyakit kepada hewan adalah dengan cara kita yaitu dengan tidak memilihara satwa dilindungi (satwa liar) di rumah atau di kandang.

Selain juga tidak merusak habitat hidup dari satwa liar. Hal yang terpenting juga adalah bagaimana cara kita berperilaku bijaksana dengan alam dan alam liar dengan tetap membiarkan mereka hidup di alam liar dengan kebebasan nafas hidupnya di alam pula.

Kita perlu hutan dan satwa liar di hutan sebagai keberlanjutan nafas hidup, bolehlah kiranya kita untuk saling harmoni dengan mereka hingga nanti tanpa menyakiti mereka. Semoga saja...

Petrus Kanisius-Yayasan Palung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun