Sangat terancam punah dan saat ini membutuhkan perhatian dari semua. Setidaknya itu menjadi sebuah pernyataan tentang keberadaan orangutan saat ini di habitatnya di hutan Kalimantan dan Sumatera. Apa yang bisa dilakukan?.
Sangat terancam punah atau dengan kata lain masuk dalam daftar merah (Red List), tentu hal ini terkait keberadaan dan status orangutan di alam ini, tempat, rumah dan hidup mereka serta apakah masih boleh berlanjut dan dengan cara apa yang bisa dilakukan. Belum lagi terkait keberadaan hutan yang semakin berkurang menjelang terkikis habis.
Keberadaan populasi orangutan yang mendiami kedua pulau yang menjadi kantong sebaran dari primata semakin hari sangat terancam punah. Diperkirakan keberadaan orangutan Kalimantan yang tersisa saat ini, diperkirakan 54.000 individu di seluruh wilayah Borneo (Kalimantan) dan kurang lebih 6.500-an individu orangutan yang tersisa di Sumatera,(Sumber data, dari WWF).
Data-data ini setidaknya menjadi gambaran jelas. Mungkin saja jumlah populasi orangutan hidup di wilayah Kalimantan dan Sumatera saat ini bukannya malah bertambah tetapi sebaliknya (semakin berkurang).
Berbagai persoalan terkait yang menyangkut keberadaan orangutan dan hutan kini semakin lengkap tersaji dalam realita nyata. Nyatanya, Mereka tidak mengusik tetapi diusik. Mereka menjaga tetapi disiksa.
Jika boleh dikata satu kesatuan, keutuhan (keharmonisan) semua makhluk akan terpisah satu dengan yang lainnya kini. Yang terjadi kini seolah manusia dan satwa tidak lagi menjadi bagian dari alam raya. Mungkin kah kita bisa hidup tanpa alam dan satwa yang secara nyata memberi berjuta manfaat bagi kehidupan kita manusia?.
Sebagai pengingat, alam menyediakan ruang bebas bagi kehidupan untuk beroleh nafas secara gratis berupa oksigen. Orangutan sebagai satwa sebagai penabur/penyemai bibit yang tanpa batas, tanpa disuruh dan tanpa ragu menyemai saban hari. Tetapi, malah terkadang kita lupa atau sengaja lupa dengan kebaikan alam raya.
Keutuhan ciptaan sejatinya menjadikan satu kesatuan yang mengharuskan untuk saling menjaga dan melindungi demi keharmonisan dalam tatanan kehidupan.
Bakhan, tidak jarang orangutan dan hutan dikorbankan hanya untuk kepentingan segelintiran orang yang semakin merajai alam semesta melebihi kuasa Yang Maha Kuasa. Seperti tersaji, berapa besar hutan yang tergadai dan orangutan seberapa banyak orangutan yang mati oleh adanya investasi besar pembukaan lahan berskala besar. Tidak untuk saling menyalahkan, tetapi ini benar-benar terjadi.
Ujung-ujungnya yang menjadi korban ya sudah pasti masyarakat kecil dan lagi-lagi hutan dan ragam satwa termasuk kita menerima dampak langsung dengan ragam kejadian. Hilangnya sebagian besar hutan tidak bisa disangkal akan mendatangkan banjir dan longsor. Tidak berenti disitu, acap kali pula sebutan bencana hilang datang silih berganti. Ini yang benar-benar terasa dari dampak langsung yang sering kita alami.
Sebagai manusia sebagai makhluk yang diciptakan oleh Sang Pencipta yang Paling mulia sudah harus memikirkan cara, ide, tindakan nyata dan bagaimana hal ini penting untuk keberlanjutan bagi semua dan bersama. Dengan kata lain, Persoalan tentang ancaman terhadap satwa sejatinya bisa dibendung jika adanya kesadaran, kerjasama yang baik dari seluruh pemegang kebijakan, pengusaha, penegak hukum dan para pemerhati lingkungan. Tata kelola, penegakan hukum dan regulasi yang jelas dan tidak memihak salah satu kepentingan menjadi pilihan yang harus dilakukan.Â
 Memperingati Pekan Peduli Orangutan 2016, setidaknya itu yang akan dilakuan oleh Tim Pendidikan Yayasan Palung ke Kecamatan-kecamatan di Lingkup wilayah Ketapang dan KKU. Seperti PPO 2016 yang kegiatan bersamaan dengan Ekspedisi Pendidikan Lingkungan di Kecamatan Sungai Laur dan Kecamatan Simpang Dua.
Hal ini dilaksanakan sebagai bentuk ajakan, kepedulian bersama melalui kampanye penyadartahuan dan Pendidikan kepada masyarakat dan pihak sekolah dengan rangkaian kegiatan yang dilakukan di bulan November ini. Adapun bentuk kegiatan, Diskusi Masyarakat, Lecture, puppet show di sekolah dan pemutaran film lingkungan serta kegiatan puncak Pekan Peduli Orangutan 2016 di Kecamatan Sungai Laur pada tanggal 18 November 2016 pekan depan.
- Tidak memelihara orangutan dan satwa liar,
- Tidak memakai ataupun membeli souvenir yang terbuat dari bagian tubuh hewan yang dilindungi,
- Melaporkan ke pihak yang berwenang jika melihat hewan yang dilindungi dipelihara ataupun diperjualbelikan oleh masyarakat,Â
- Memberikan pendidikan dan penyadartahuan kepada masyarakat tentang pentingnya melindungi dan menjaga orangutan dan habitatnya,
- Menjaga dan melestarikan hutan.
Orangutan perlu hutan untuk habitat hidup dan berkembang biak. Manusia perlu hutan sebagai nafas hidup. Hutan perlu dipelihara, dijaga sebagai keberlanjutan hingga selamanya. Setidaknya itu yang dapat menjadi solusi dan cara ampuh saat ini.
Jika boleh berujar; Selamatkan orangutan dari ancaman kepunahan dan lestarikan hutan untuk kehidupan yang lebih baik dan lestari. Apabila bukan kita semua siapa lagi. Apakah kita masih boleh bijaksana dengan semesta dan satwa?.
Petrus Kanisius-Yayasan Palung