Mohon tunggu...
Pitri Ani
Pitri Ani Mohon Tunggu... Freelancer - Pitriani

Pengen Menulis semua yang ada di pemikiran tanpa ada batasan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keterlibatan Mayarakat dalam Pelestarian Budaya Melalui Kampanye Online Budaya Indonesia Go Internasional di Era Pandemi

23 November 2020   09:32 Diperbarui: 23 November 2020   09:40 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

            Indonesia adalah negara yang berlatar belakang beraneka ragam kerajaan, mulai dari kerajaan yang melegenda seperti Majapahit, Sriwijaya, Singosari, dan masih banyak lagi kerajaan yang merupakan nenek moyang Indonesia. Banyaknya ragam kerajaan tersebut merupakan gambaran  wajah masyarakat Indonesia yang beragam pula, dari Sabang sampai Merauke. Peninggalan suatu adat-istiadat dan kebiasaan tersendiri telah kental dan menjadi kebiasan di masyarakat lokal dan melahirkan suatu budaya. Kemajemukan budaya di Indonesia bukanlah menjadi permasalahan sosial negara, dengan kemajemukan tersebut Indonesia melahirkan semboyan "Bhinneka Thunggal Ika --Berbeda Tetap Satu Jua".

            Permasalahan Indonesia saat ini adalah bukan pada majemuknya budaya, suku, dan ras yang ada, yang menimbulkan perpecahan, seperti  kasus terbaru Rasisisme terhadap orang berkulit Hitam. Permasalahan saat ini adalah masyarakat Indonesia mulai tidak menyadari akan adanya keterkaitan sosial dalam berkontribusi untuk negara. Hilangnya kearifan kebudayaan lokal Indonesia di dalam hati dan jiwa masyarakat. Hal tersebut tergeser karena adanya arus globalisasi yang beorientasi pada budaya barat, nilai pasar, hedonis, dan materialistis.  Isu terbaru akan adanya rasisme berkulit hitam, semua karena adanya perubahan mindset atau cara pandang terhadap masyarakat bahwa orang berkulit putih lebih bermaterialistis atau bernilai, sehingga mereka yang berkulit hitam akan dipandang sebelah mata. Permasalahan tidak sampai disini. 

              Tepat pada tahun 2019, dunia di goncahkan dengan peristiwa penyebaran Virus Covid -19 atau Corona. Begitu berbahaya nya virus Corona, Pemerintah di dalam masing-masing Negara dengan kompak menetapkan penutupan negara dan pembatasan wilayah atau lockdown, pembatasan wilayah tidak terjadi antar wilayah dalam lingkup satu negara saja, namun hingga batas territorial negara pun dibatasi. Lockdown diyakini oleh beberapa pakar mampu mencegah penyebaran  virus. Mengingat penyebaran virus melalui udara dan aktif pada pembawa inang yaitu Manusia. Selain melalui udara, penyebaran virus juga diyakini bisa melalui droplet yaitu keluarnya partikel kecil dalam jarak dekat, seperti saat seseorang batuk, bersin, bernyanyi, berbicara dan bernafas. Penyebaran juga bisa terjadi melalui tempat yang terkontaminasi oleh penderita. Sistem lockdown pada setiap negara umumnya menggunakan metode kluster wilayah yang berstatus sedang,  tinggi, dan sangat ringgi dalam hal penderita atau korban covid-19 , seperti halnya inggris. Di Indonesia sendiri  kluster wilayah dibagi berdasarkan zona yang tersimbol dari warna, zona hijau yaitu wilayah tanap kasus yang dikonfirmasi, zona kuning yaitu daerah dengan beberapa kasus penularan secara local, tetapi tanpa kelompok penularan komunitas. Zona oranye yaitu wilayah yang berdekatan dengan zona merah atau dengan kluster penyebaran kecil, dan zona merah adalah wilayah yang telah mempertahankan trasmisi komunitas dan dilakukan penutupan wilayah.

            Dampak akan adanya Virus corona yang berimbas kebijakan lockdown, sangat berefek domino pada semua bidang industri di setiap negara, mulai bidang ekonomi kreatif, manufaktur, jasa, hotel, hingga pariwisata dan budaya. Kerugian domino disebabkan oleh adanya pembatasan wilayah yg berakibat manusia yang merupakan subjek penggerak ekonomi akan mengalami batasan bergerak  atau berpindah tempat, serta memiliki hambatan untuk melakukan transaksi kegiatan ekonomi. Secara matematis kerugian Negara Indonesia mencapai Rp 316 Triliun pada tiga bulan pertama. Selain karena ada pembatasan wilayah karena lockdown, dinilai daya beli masyarakat juga menurun, sehingga mengakibatkan penjualan di masing-masing industri mengalami loss potential economy growth.

           Belakangan kita mengetahui Indonesia sangat terpukul akan ancaman-ancaman berupa resesi ekonomi. Beberapa stimulus telah diberikan pemerintah ke masyarakat dibawah garis kemiskinan untuk menjaga dan meningkatkan daya beli di pasar. Dampak juga sangat dirasakan untuk para penggiat budaya. Agus Hamdani, Ketua Forum Pelukis Cimahi mengungkapkan bahwa, "saya sering berkomunikasi dengan para seniman yang jadwal kegiatannya dibatalkan karena adanya wabah ini, para perupa terpaksa sulit berkarya karena sisa uang yang ada lebih fokus dibelanjakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari daripada membeli bahan untuk berkesenian", ungkapnya. Bagi mereka yang berprofesi sebagai penggiat seni akan sulit bertahan di era pandemik dengan macetnya pula penjualan karya seni yang dikarenakan pembatasan sosial yang berdampak pada pembatasan traksaksi ekonomi pula. Dengan latar belakang fenomena dan fakta yang ada, penulis menawarkan solusi yang berjudul "Keterlibatan Masyarakat Dalam Pelestarian Budaya Melaui Kampanye Online  Budaya Indonesia Go Internasional Di Era Pandemic", dengan harapan masyarakat mampu menyadari akan adanya keterlibatan keterkaitan dengan kebudayaan di Indonesia, dan mengubah cara pandang bahwa di era pandemic pun bisa menjadi peluang untuk memasarkan budaya Indonesia di kancah dunia sebagai wujud pelestarian budaya Indonesia.

"Keterlibatan Masyarakat Dalam Pelestarian Budaya Melalui Kampanye Online  Budaya Indonesia Go Internasional Di Era Pandemic."

Keterkaitan dan keterlibatan masyarakat 

            Mayarakat atau society adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, berinteraksi dalam satuan wilayah tertentu. Masyarakat merupakan kesatuan atau kelompok yang mempunyai hubungan serta beberapa kesamaan  seperti sikap, tradisi, perasaan, dan budaya yang membentuk suatu keteraturan. Artinya, masyarakat adalah wujud banyak dari satu manusia yang berkumpul dengan manusia lainnya. Manusia adalah makhluk sosial, artinya makhluk yang selalu membutuhkan manusia lain dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Secara harfiah, manusia adalah kebudayaan, tidak ada budaya tanpa pendukungya yaitu manusia. Kebudayaan dan manusia adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, manusia adalah subjek budaya, kebudayaan adalah corak dari masyarakat, tersebut adalah deskripsi akan keterkaitan masyarakat dalma budaya. Terbatasnya umur manusia sebagai subjek budaya, menjadikan tugas tambahan bahwa manusia harus mampu mewariskan budaya yang melekat pada dirinya kepada generasi selanjutnya. Pewarisan budaya tidak harus dengan generasi selanjutnya, bisa searah mendatar dengan sesama generasinya. Manusia memiliki fitrah atau kemampuan akal pikiran untuk mampu mempelajari hal baru, menerima dan menolak hal baru, dan  menggerakkan hal baru yang ada. Bukan sesuatu yang sulit, jika manusia harus mengembangkan suatu budaya lokal Indonesia yang ada untuk diwariskan ke generasi selanjutnya. Semua saat ini terasa sulit karena adanya pergesaran budaya internasional yang menggeser budaya lokal sehingga budaya lokal terlihat sangat sulit untuk dipelajari dan ditradisikan. Tidak berbicara dengan data, namun berbicara fenomena dilingkungan sekitar kita, akan lebih mudah remaja saat ini menembangkan lagu Korea dan Inggris daripada tembang jawa. Lebih melekat dan hafal seluruh rangkaian episode drama Korea, daripada serial legenda cerita rakyat atau serial wayang jawa.

Kampanye Online  Budaya Indonesia Go Internasional Di Era Pandemic

            Dunia saat ini tidak lagi ada batasan dalam hal transaksi atau dalam hal bertukar pengetahuan dengan sesama negara. Dengan adanya teknologi mampu memperpendek jarak komunikasi antar bule atau warga asing yang mana dulu bule hanya bisa kita temui di negara asing yang  harus kita kunjungi. Terlebih dengan moment adanya covid-19 ini semua tatanan sosial berubah, mulai kegiatan bekerja sampai KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) semua harus berbasis daring atau digital. Semua kalangan tidak memandang bulu akan mulai familiar dan terbiasa dengan Zoom Meting, Google Meeting, Skype, atau alat conference secara digital yang lainnya. Covid -19 mengajarkan setiap manusia harus siap dengan perubahan, dan harus siap berinovasi untuk perubahan. Tidak sedikit, mereka masyarakat yang tidak dapat beradaptasi saat Covid-19 dan memaksakan menjalankan tatanan lama setidaknya akan mengalami dua resiko yaitu resiko kesehatan dan resiko ketertinggalan.

            Dengan kemudahan akses ke semua negara tanpa ada batas wilayah, dan adanya perubahan tatanan pola sosial masyarakat secara online. Hal tersebut adalah poin peluang yang harus ditangkap masyarakat Indonesia dalam hal pengembangan budaya. Keterkaitan masyarakat dengan budaya, masyarakat tidak boleh stagnan dan menganggap Covid-19 adalah ancaman, dengan sikap stagnan tersebut yang selalu dipertahankan, manusia sebagai subjek pembentuk dan penggerak kebudayaan secara tidka langsung akan mematikan corak  budaya yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun