Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Masuki HUT ke-74 RI, Pedagang Bendera dan Umbul-Umbul Hiasi Kota Makassar

26 Juli 2019   17:52 Diperbarui: 26 Juli 2019   18:00 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Begitu memasuki bulan Agustus, setiap tahunnya pedagang bendera dan umbul-umbul mulai menjamuri wajah Kota ibu pertiwi.

Keberadaan mereka disebut pedagang musiman, pasalnya momennya bertepatan dengan peringatan Hari Ulang Tahun  Kemerdekaan Republik Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus setiap tahunnya ini, mulai berbenah diri.

Kali ini usia Kemerdekaan Indonesia merangsek renta, tepatnya 74 tahun. Seiring usia senjanya roda perekonomian kerakyatan perlahan namun pasti menggeliat bersemangat 45.

Sepert terpantau penulis tanpa mengeluh akan tekanan hidup begitu kejam, ibu muda ini sedang merapihkan dagangannya siap dijualnya. Lokasi dagangannya dibilangan Jalan Perintis Kemerdekaan Km. 17 Makassar tepatnya depan Perumahan Taman Sudiang Indah. Jumat (26/7/2019).

Ayu (29) mengaku kepada penulis, melakoni profesi berjualan musiman ini selama 5 tahun.

Dokpri
Dokpri
Dikatakan Ayu, "saya menjual bahan bendera di lapak dan selain itu berjualan secara oline, rata-rata bendera dan umbul-umbul hingga habis terjual, ada yang beli eceran dan ada juga yang grosiran kemudian untuk mereka jual lagi."

"Sebagaimana diketahui bahwa harga bendera ini bervariasi tergantung besar kecilnya ukuran bendera, mulai kisaran Rp.20.000 hingga Rp. 200.000." Imbuhnya.

"Pekerjaan asli saya sehari hari adalah menjual mie Level pedas dan nasi goreng di kampung, tepatnya di Kabupaten Jeneponto, penghasilan namanya pedagang omsetnya tidak menentu, kadang bagus dan kadang kurang bagus, seperti angin, kadang kencang kadang sepoi-sepoi." Ujar bu Ayu begitu senangnya menikmati profesinya berdagang bendera dan umbul-umbul.

"Adapun menjual bendera ini hanya musiman atau sampingan sekali setahun. Saya menjual bendera dikarenakan masih ada stok barang tahun lalu dan saya mencoba menghabiskannya tahun ini, Aamiin." Bebernya.

Diakui Ayu, "Kalau soal tempat, kami tidak menyewa, hal ini karena pedagang musiman ya jadi tempat ini tidak di sewa.  Begitu berakhir bulan Agustus, pedagang bendera ini kembali ke profesi seperti semula berjualan Mie Level pedas."

Sebagaimana pesatnya perkembangan teknologi, bu Ayu beserta suami pun tak mau mengalah, mereka menjual benderanya dan umbul-umbul secara daring atau online. Salut atas perjuangan hidup ibu Ayu dan suaminya, pokoknya NKRI harga mati. 

"Pokoknya kalau ada pembeli menawar harga bendera dan umbul-umbul, cukuplah dikatakan, maaf tidak bisa ditawar-tawar lagi pasalnya NKRI HARGA MATI.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun