Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Rempeyek Wow, Si Renyah Penggoyang Lidah yang Ramah Lingkungan

10 Februari 2019   19:53 Diperbarui: 10 Februari 2019   20:17 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Rempeyek WOW, Si Renyah Penggoyang Lidah yang Ramah Lingkungan/dokpri)

Siapa yang tidak kenal cemilan tradinisonal ramah lingkungan yang renyah ini. Selain murah meriah, cemilan ini jauh dari kemasan beracun, dijamin jauh dari limbah industri.

Rempeyek yang diolah istri saya ini bukanlah rempeyek yang mematikan, sebaliknya cenderung ramah terhadap lingkungan, namun rasanya begitu menggoyang lidah penikmatnya.

Oleh karenanya bahan dasarnya herbal, di antaranya telor, tepung beras, daun jeruk pecel, kunyit, bawang putih, garam dan minyak goreng. Disini saya tidak menyebut beberapa resep rempah-rempah alami sebagai bumbu rahasia, atas permintaan istri dan itu sangat saya hormati privasinya.

Tentu banyak pembuat rempeyek tersebar di seluruh Indonesia, dari Sabang hingga merauke. Namun dari sekian ragam kombinasi rasa rempeyek. Istri hanya membuat rempeyek legendaris yaitu kacang dan rasa ebi pedas.

Keahlian istri membuat adonan rempeyek diwariskan dari almarhumah ibunya. Almarhumah Ibu mertua saya berasal dari Blitar merantau ke Kota Makassar sekaligus pernah berjualan nasi pecel, gado-gado dan masakan jadi. Sehingga kelihaian meracik dan menggoreng rempeyek tidak usah diragukan lagi.

Tetangga tempat kami tinggal di Perumahan BPS I, pernah mencobanya dan pada ketagihan.Pada awalnya membuat peyek untuk lauk pauk sendiri sebagai sajian makan nasi atau teman minum kopi maupun teh, bahkan teman ngunyah bakso.

Bukan sombong, tetangga maupun rekan kerja yang pernah merasakan olahan rempeyek istri saya, bahkan berkali-kali memesan.

dokpri
dokpri
Lantaran kesibukan istri mengurus anak-anak, usaha rumahan ini sempat mandeg beberapa tahun, bahkan untuk makan sendiripun tak sempat dibuat.

Kali ini istri saya mencoba kembali merintis cemilan alamiah bebas kimia, yaitu rempeyek.

Sayangnya, alamiahnya bahan dasar rempeyek  dalam penyajiannya belum ramah lingkungan, pasalnya masih dikemas menggunakan plastik.

Di Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) tidaklah mudah mencari pengganti plastik sebagai pembungkus rempeyek, andaipun ada plastik berbahan organik  jumlahnya sangatlah sedikit. Sebagai langkah strategis satu-satunya pembungkus laris manis di pasaran menggunakan plastik, ini dampak dari belum adanya pengganti plastik organik yang mudah terurai tanah.

Meskipun sama-sama rempeyek, sensasi kenikmatan rempeyek buatan istri tidaklah sama dengan yang pernah saya rasakan ketika mencicipi rempeyek produk lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun