Ada momen-momen dalam hidup yang nggak bisa digantikan oleh apapun dan salah satunya adalah menyaksikan matahari terbit dari tepi Ranu Regulo, sambil membungkus diri dengan sleeping bag yang masih basah embun. Lokasinya masih satu kawasan dengan Ranu Pani, Lumajang, Jawa Timur, tapi auranya berbeda. Kalau Ranu Pani itu titik awal petualangan, maka Ranu Regulo terasa seperti titik hening untuk berdamai dengan diri sendiri.
Waktu itu aku camping di sana, bawa tenda sendiri, peralatan sederhana, dan semangat yang dibumbui rasa capek dari rutinitas harian. Kami datang sore hari, sebelum kabut tebal turun. Suasana danau waktu menjelang malam itu magis banget. Airnya diam seperti kaca, memantulkan langit senja yang pelan-pelan berubah warna. Malamnya dingin luar biasa, tapi suara jangkrik dan gemerisik angin jadi musik yang menenangkan kepala.
Paginya, sekitar pukul lima, kami bangun dan langsung disambut suhu yang bisa bikin jari-jari tangan kaku. Tapi waktu aku keluar tenda dan duduk di tepi danau, semua rasa dingin itu hilang begitu saja. Langit mulai membuka tirainya pelan-pelan dari gelap, ke biru keunguan, lalu muncul semburat oranye yang hangat di ujung pegunungan. Danau itu memantulkan warna langit dengan sempurna. Kabut tipis yang menggantung di atas air membuat semuanya terasa seperti mimpi yang terlalu nyata untuk dibantah.
Yang bikin sunrise di Ranu Regulo istimewa bukan cuma pemandangannya, tapi proses menuju ke sana. Jalan menuju lokasi agak menantang, apalagi kalau bawa perlengkapan camping. Tapi sesampainya di tempat, rasa lelah berubah jadi rasa syukur. Alam seperti sedang memberi hadiah untuk kita yang mau menepi sejenak. Nggak ada sinyal, nggak ada distraksi, cuma ada kamu, alam, dan waktu yang berjalan lebih pelan dari biasanya.
Beberapa warga lokal sempat menyapa saat kami baru datang. Mereka ramah dan senang kalau ada yang tertarik menjelajahi sisi tenang dari Semeru ini. Dan memang, dibanding Ranu Kumbolo yang udah lebih dulu viral, Ranu Regulo terasa seperti rahasia kecil yang dijaga dengan baik. Tempat ini belum terlalu ramai, tapi justru di situlah letak pesonanya.
Camping di sini ngajarin aku banyak hal. Tentang menikmati proses, tentang menyatu dengan alam, dan tentang pentingnya istirahat batin. Sunrise-nya bukan cuma tentang melihat matahari, tapi tentang bagaimana kita bisa bangkit dan mulai hari dengan perspektif baru.
Ranu Regulo bukan tempat buat siapa pun yang buru-buru. Dia tempat buat kamu yang siap mendengar suara alam, meresapi keheningan, dan mungkin kalau cukup beruntung menemukan sedikit damai dalam diri yang lama kamu cari.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI