Buat yang pernah duduk di kursi interview, pasti pernah ngalamin satu momen yang bikin napas mendadak pendek "Kenapa kami harus memilih Anda?" Meski pertanyaan ini sudah bisa ditebak, tetap saja bikin panik. Otak rasanya kayak buka semua folder dalam kepala, cari jawaban yang bisa bikin HRD manggut-manggut dan mikir, "Oke, ini orang yang kita cari."
Tapi jujur, pertanyaan itu bukan sekadar formalitas. Ini pertanyaan yang jadi ujian seberapa kenal kita dengan diri sendiri. Bukan cuma soal kelebihan, tapi seberapa paham kita terhadap posisi yang kita lamar, seberapa siap kita untuk berkontribusi, dan yang paling penting: apakah kita cocok sama budaya kerja mereka atau enggak. HRD tahu betul, kemampuan bisa diasah, tapi karakter dan motivasi itu datang dari dalam.
Masalahnya, banyak dari kita keburu terjebak pengen terdengar sempurna. "Saya orangnya disiplin, komunikatif, cepat belajar..." Padahal, hampir semua kandidat ngomong hal yang sama. Jadi, pertanyaan sebenarnya bukan "kenapa kamu bagus," tapi "apa yang bikin kamu berbeda?" Di sinilah pentingnya punya cerita yang real, pengalaman yang relatable, dan alasan yang logis. Misalnya, alih-alih cuma bilang "saya pekerja keras," kamu bisa ceritain bagaimana kamu menyelesaikan tugas kuliah sambil magang, atau bagaimana kamu bantu proyek kantor lama yang tadinya mandek jadi jalan lagi.
Kunci lainnya adalah alignment - keselarasan antara diri kita dan kebutuhan perusahaan. Menurut teori Person-Organization Fit (Kristof, 1996), karyawan akan lebih produktif dan puas kerja jika nilai-nilai pribadi mereka sejalan dengan nilai organisasi. Jadi, ketika kamu tahu visi perusahaan, budaya kerja, atau bahkan gaya komunikasi mereka, dan kamu bisa hubungkan itu dengan dirimu, maka jawabanmu jadi lebih berbobot. Contoh kecil: kalau kamu lamar di startup yang gesit, kamu bisa tonjolkan bagaimana kamu nyaman dengan perubahan cepat dan suka tantangan baru.
Dan kalau kamu masih belum punya banyak pengalaman kerja? Nggak masalah. Kamu bisa tonjolkan attitude. Banyak HRD lebih memilih kandidat dengan sikap belajar tinggi daripada yang sudah jago tapi sulit beradaptasi. Sikap yang positif, kemauan belajar, dan ketulusan untuk berkembang bisa jadi nilai jual yang besar.
Yang perlu diingat, HRD bukan cari robot dengan skrip hafalan. Mereka cari manusia yang punya karakter. Jadi, nggak usah terlalu keras ngatur kata-kata biar terdengar keren. Jujur, reflektif, dan punya arah jauh lebih penting. Kadang, HRD bisa lihat siapa yang cuma basa-basi dan siapa yang benar-benar punya tekad.
Terakhir, jangan lupa bahwa interview bukan cuma ajang HRD memilih kita, tapi juga kesempatan kita menilai apakah tempat itu cocok buat kita. Jadi, sambil menjawab pertanyaan besar itu, jangan lupa tanya balik ke diri sendiri: "Apa aku juga memilih mereka?"
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI