Cetakan Pertama: Januari 2009
Cetakan Kedua: Pebruari 2009
Cetakan Ketiga: Mei 2009
ISBN: 978-979-1490-33-7
Penerbit Jaring Pena
(Lini Penerbitan JP BOOKS)
Penulis: Dahlan Iskan
279 hal.
Buku yang ditulis oleh Dahlan Iskan ini, mengisahkan perjalanan hidup seorang anak manusia bernama asli; Kwee Tjie Hoei. Diberi pengantar oleh Rhenald Kasali, Ph.D.
Kisahnya dibuka dengan lakon seorang bayi, 10 bulan, bersama ibunya yang berlayar dari Tiongkok menuju Majalaya, Jawa Barat. Sempat tertahan berhari-hari sesampainya di pelabuhan Sunda kelapa, karena sang bayi terkena penyakit yang dianggap serius oleh penguasa kolonial kala itu, demam dan diare.
Masa kanak-kanak dilaluinya dalam serba keterbatasan, demi orangtua Karmaka berhenti sekolah, kemudian menjadi buruh pabrik tekstil. Bayangkan, seorang anak SD jadi buruh di bagian pencelupan warna!
Memasuki masa remaja, Karmaka berjuang semakin keras, sebagai anak sulung diberi amanah orangtua. Ia rela berkorban demi adiknya, memilik bekerja agar adik kesayangan bisa melanjutkan kuliah di Kedokteran.
Betapa marahnya Karmaka, ketika adik yang sangat dibanggakan dan diandalkan untuk mengangkat harkat keluarga itu, malah tewas dalam kecelakaan mobil. Sejak itulah, Karmaka tak pernah pergi ke gereja.
Lim Khe Tjie, pendiri Bank NISP di Bandung, seorang pejuang kemerdekaan yang rendah hati. Ia sungguh tak salah memilih anak muda itu, Karmaka, menjadi menantu untuk putrinya, Kwei Ing.
Ketika masa peraihan Orde Lama ke Orde Baru, Lim Khe Tjie dicekal tak bisa kembali ke Indonesia, tertahan di Hong Kong. Sementara bisnis Bank NISP mengalami kesulitan besar di ambang pailit, karena banyak pengkhianat yang menggerogoti asetnya dari dalam.
Dalam perjuangannya membangun bisnis yang ditinggalkan sang mertua, Karmaka mengalami percobaan pembunuhan tiga kali. Ia terus berjuang keras, menggandeng para karyawan dan pimpinan lapis kedua untuk sama-sama mengangkat kondisi terpuruk menjadi stabil. Akhirnya Karmaka sukses menunaikan amanah sang mertua dalam membangun Imperium Bank NISP.
Usia 40 Karmaka sudah divonis dokter, hidupnya hanya tinggal 5 tahun saja. Ia masih bisa bertahan selama 18 tahun. Hingga tiba pada satu titik takdir; hati dan ginjalnya harus ditransplantasi, terkena kanker kandung kemih, tulang kaki retak.
Karmaka terus berjuang, berobat selain ke USA juga mendalami pengobatan tradisional China, langsung ke Beijing, Hong Kong, menerapkan ilmu olah tubuh Tai Chi.
Hanya 3 senjata pamungkasnya: Tekad, Keyakinan dan Pertobatan. Perjalanan hidup Karmaka sungguh luar biasa.
Wajib difilmkan!
Agar menginspirasi rakyat NKRI, mengajari kita tentang; bekerja keras, semangat juang dan pengorbanan demi keluarga, adik-adik dan mertua. Sosok Karmaka merupakan teladan sebagai pemegang amanah mertua, menyelamatkan Bank NISP mati-matian, dengan pengorbanan darah, airmata dan nyawa.
Membaca buku ini tak bisa henti sampai selesai. Kita bagaikan dibawa melihat film Mandarin yang bercitarasa bumi Parahiyangan. Sedap, nikmat, meski banyak kepedihan, semua berujung dalam kebahagiaan yang begitu indah.
Salam Perjuangan!
Catatan;Â Pipiet Senja, penulis 124 buku, pasienkelainan darah bawaan, seumur hidup harus ditransfusi secara berkala, telah diangkat limpa dan kandung empedu. Kini menanti takdirNya dalam komplikasi lever dan jantung.