Â
Di artikel sebelumnya kita udah dapet satu cerita tentang gimana kehebatan kedaulatan hukum di Tanah Jawa ketika Ratu Shima berkuasa, nah ini cerita satu lagi nih.
Seperti yang udah disinggung kalo di Jawa udah ada perkampungan orang Melayu sejak lama. Ini menunjukan persahabatan antara kedua wilayah. Bahkan, Ratu Shima pun asalnya dari Melayu, makanya hubungan antara Jawa dan Melayu tuh erat.
Nah di suatu masa, sekitar tahun 683 M, Sriwijaya di Sumatera nyerang dan naklukin kerajaan Melayu (Sekarang wilayah Malaysia). Kerajaan Sunda dan Jawa yang punya hubungan erat dengan Kerajaan Melayu jelas pada ngamuk. Dua kerajaan sepakat untuk ngutuk tindakan kerajaan Sriwijaya.
Walaupun ketika itu Sriwijaya lagi kuat kuatnya, keliatannya mereka juga ga mau nyari banyak musuh. Sriwijaya pun ngirim utusan ke Kerajaan Sunda dan Jawa untuk mendiskusikan perdamaian dan kompromi.Â
Tapi dari utusan yang dikirim, cuma Kerajaan Sunda aja yang sepakat untuk damai sama Sriwijaya. Perdamaian ini tertulis pada sebuah Prasasti yang disebut dengan Mitra Pasamayan. Isinya agar 2 kerajaan saling membantu bukan saling menyerang.
Kerajaan Kalingga yang dipimpin Ratu Shima lebih tegas. Karena memang Ratu Shima berasal dari Melayu, akhirnya ga mau tuh Kalingga damai damai sama Sriwijaya.
Karena ketika itu angkatan perang Kalingga lagi kuat kuatnya, dan ada kemungkinan Pasukan Sriwijaya juga masih capek setelah invasi Melayu, Sriwijaya ga bales gestur "nyolot" Kalingga dengan serdadu.
Yang akhirnya Sriwijaya lakuin, sekitar Tahun 686 M, Sriwijaya ngeluarin Prasasti Kotakapur yang isinya celaan atas tanah Jawa yang ga mau "tunduk" sama Sriwijaya. Tapi bukan berarti ini akhir persaingan Sriwijaya-Jawa, bakal muncul lagi nanti clash clash antara Sriwijaya - Jawa.
Bulan ke bulan berlalu, tahun berganti tahun, Ratu Jay Shima pun wafat. Sebelum wafat, sang Ratu mewasiatkan agar negri Kalingga dibagi 2; Selatan dan Utara. Yang utara dikasih ke putrinya yaitu Dewi Parwati, yang Selatan dikasih ke putranya Narayana.
Setelah 2 kerajaan ini berdiri, ga banyak sumber yang nyebutin apa aja yang dilakuin duo bersaudara di kerjaannya masing masing. Cuma diketahui setelah Narayana wafat, dia diganti sama anaknya Dewa Singha.