Mohon tunggu...
pintukata
pintukata Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis Bebas.

-

Selanjutnya

Tutup

Diary

Lama Tak Bersua

27 November 2021   18:31 Diperbarui: 27 November 2021   18:34 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Aku tidak pandai menulis sesuai kerangka kepenulisan. Yang ingin aku sampaikan adalah ide yang pada saat itu pula muncul secara spontan. Dan akutidak ingin terpaku pada metodologi struktural dalam kepenulisan, apalagi yang berbau-bau ilmiah.

Sebab apa yang ku tulis, mungkin tidak dapat diverifikasi oleh kajian ilmiah, tapi saya meyakini secara pribadi apa yang saya tulis ini berdasar pengalaman pribadiku yang empiris, alih-alih menganggap ini 'sangat' empiris, aku masih menanggalkan sedikit keraguan. Sebab, ingatan saya pun belum tentu paripurna. Ada fragmen-fragmen yang secara tidak sadar hilang dari benang merah pengalaman hidup kita.

Tapi, yang menjadi tujuan akhir dari tulisan ini, yang insyaAllah akan saya tekadkan menjadi catatan-catatan pribadi adalah sekedar sebagai refleksi diri saya pribadi untuk meninjau kembali wacana pengalaman lampau demi menapaki langkah suatu tindakan kini sebagai konstruksi bangunan untuk masa depan.

Teman-teman bisa meramu apa yang baik dari suatu tulisan orang lain dan tentu sebagai pertimbangan pribadi masing-masing untuk kemudian diolah menjadi suatu sikap tindakan yang baik untuk orang lain, syukur bisa ikut nyrawung solusi pada isu sosial yang tengah berlangsung di masyarakat.

Ada gejala di mana saya berhenti menulis. Bukan hanya itu, saya juga kurang bernafsu membaca buku atau sekedar esai orang lain. Faktornya mungkin bisa beragam, dari yang paling fundamental hingga yang semata-mata hanya distraksi yang sebetulnya bisa diatasi dengan cara sederhana.

Misal, yang sering terjadi dalam keseharianku. Biasanya saya dengan sangat mudah hilang konsentrasi yang akhirnya berdampak pada pudarnya konsistensi dalam menyelesaikan, katakanlah, satu buah novel. Dan setelah dipikir-pikir ternyata masalah hilangnya konsentrasiku ini ada pada tidak stabilnya pola makan. Saya pribadi kesulitan menyerap informasi apabila perut dalam keadaan kosong atau lapar. Bisa saja saya diganggu dengan suara perut meraung-raung kelaparan. Sebaliknya jika perut terlampau penuh, saya mudah menguap dan ngantuk. Dan mungkin jalan keluar terbaik bagi saya pribadi adalah dengan menentukan batas porsi makannya. Saya jadi teringat hadist Nabi, makanlah sebelum lapar dan berhentilah sebelum kenyang. Pelajaran yang saya temukan yaitu betapa pentingnya kesadaran akan batas porsi.

Mungkin kesadaran batas ini bisa kita tarik untuk skala yang lebih luas, seperti batas porsi memegang ponsel, bersosial media, atau porsi kita dalam memupuk rindu dengan pasangan, sebab dalam berhubungan, menurut saya sewajarnya saja dalam menyuguhkan cinta. Dan barang tentu setiap manusia memiliki dunianya masing-masing meskipun sudah terikat dalam sebuah perjanjian suci bernama pernikahan, ada baiknya sajikan cinta yang mendorong padanya untuk menebarkan cinta-cintanya kepada kecendrungan minat sosialnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun