Mohon tunggu...
pintukata
pintukata Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis Bebas.

-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mancuk Liyan?

11 Agustus 2020   09:03 Diperbarui: 11 Agustus 2020   08:50 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Terhitung sejak Rabu lalu, aku harus mulai beradaptasi dengan lingkungan baru. Sedih yang teramat, pilu yang tak terkira, genap segala emosi mencoba menghantuiku akhir-akhir ini. Betapa pun, kenangan telah tinggal kenangan. 

Ia lepas begitu saja, yang dahulu melipur hidupku dengan warna ceria dan duka cerita, sekarang hanya tersisa serpihan kenang, dan akan selalu aku kenang, sebegitu membekas pengalaman itu.

Sebelum aku beranjak menetap di lingkungan baru, yakni asrama yang telah disediakan kampus. Aku beserta teman---kakak  tingkat, juga bisa dibilang senior, mungkin anggapanku mereka yang memiliki pengalaman hidup lebih luas, serta lebih lainnya---berinisiatif untuk mencari sebuah apartemen yang jaraknya terjangkau dari kampus, tempat kami pulang pergi mengais ilmu.

Yang menjadi pemain tetap, posisi kamarnya tidak pernah pindah---di pojok kanan dekat dapur, samping kiri tepat kamar mandi, persisnya kamar yang dihimpit oleh dua tempat yang lumayan terdengar gemercik api dan tetesan air---adalah aku. Mungkin aku mudah untuk konsisten pada satu hal yang menurutku sudah nyaman, sesuai selera. 

Semisal pergi ke kedai memesan menu makanan, sebutlah Lanzhou Lamian (Mie khas kota Lanzhou dan popular sejagat China), keesokannya, saat datang ke kedai itu lagi, atau kedai lain yang terdapat menu serupa, pastilah aku pesan menu itu tanpa pikir panjang kali lebar.

Bahasa Arabnya lazim disebut dengan Istiqomah. Namun, bagiku tak semua aktivitas bisa terlatih keistiqomahannya. Sekelumit waktu, yang rodanya selalu tanpa henti berputar mengelinding, seringkali mematahkan semangat konsistensi kita. Padahal telah begitu rupa kita ukir, diperindah, dipolesi bingkai agar terlihat menarik, supaya menggugah semangat beraktivitas, pun tak jarang kita mengkreatifi kegiatan kesukaan kita, demi mengatasi rasa bosan serta jenuh.

Tahun pertama jadi awal beradaptasi di kota Changchun. Kota yang membilah kisah kecut antara Jepang dan China. Mula-mula kemesraan terukir saat anak muda bernama Pu Yi dibidik agar merengkuh keduanya dalam secangkir teh yang daunnya dipetik di kota terlarang bernama Manchukuo.

"Ah..Jangan sok asal tulis dong! Ntar lu dikira Manchurian!"

"Apa? Pencurian? Mana ada pencurian di jaman serba cctv? Yang menganga di segala sudut ubun-ubunmu! Jangan ngaco lah!"

...Bersambung

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun