Nama Mahfud MD disebut-sebut telah disetujui untuk menjadi cawapres Jokowi. Namun, kemunculan sosoknya yang non-partisan mendatangkan persinggungan dengan kepentingan partai-partai koalisi pendukung. Akankah win-win solution dengan Mahfud sebagai sentralnya bisa terwujud?
"There are three constants in life. Change, choice and principles."
:: Stephen Covey ::
Pasca pertemuan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Batu Tulis Bogor nama-nama calon pendamping sang petahana memang semakin mengerucut. Bahkan, sumber internal terpercaya menyebut Megawati sudah menyetujui satu nama untuk dijadikan sebagai pasangan Jokowi. Nama yang dimaksud adalah Profesor Mahfud MD.
Beberapa pemberitaan memang menyebut nama Mahfud masih sebatas wacana. Namun, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu memang berpeluang paling besar untuk dijadikan sebagai cawapres pendamping Jokowi.
Harian Suara Pembangunan dalam sebuah kolomnya menyebut keputusan nama cawapres Jokowi akan diumumkan pekan ini. Sementara petunjuk tentang siapa tokoh cawapres itu adalah orang yang "gila kerja" untuk bangsa, punya ketokohan, prestasi, kecerdasan, diterima semua kalangan, religius, sekaligus juga nasionalis. Semua petunjuk itu memang paling besar mengarah pada Mahfud.
Munculnya Mahfud memang bukan hal yang aneh, mengingat nama mantan menteri di era Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini muncul di beberapa hasil survei sebagai salah satu tokoh yang paling berpeluang menjabat sebagai cawapres Jokowi.
Bahkan, kekuatan politik Mahfud dianggap lebih kuat dari calon lain, mengingat Guru Besar Ilmu Hukum Tata Negara ini dianggap sebagai sosok yang non-partisan, dianggap sebagai negarawan, dan latar belakangnya dari NU membuatnya bisa diterima pemilih muslim.
Namun, kemunculan nama Mahfud ini tentu akan memupus harapan partai-partai koalisi yang berharap pilihan cawapres Jokowi jatuh pada kadernya. Bahkan, PKB sebagai partai tempat Mahfud pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Dewan Tanfidz mengeluarkan pernyataan menolak pencalonan Mahfud.
Tidak tanggung-tanggung, partai itu menyebut bahwa Mahfud tidak memiliki sumbangsih apa pun terhadap NU saat menjabat sebagai menteri -- pernyataan yang boleh jadi memang lebih dikarenakan ambisi personal sang Ketua Umum, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin yang ngebet menjadi cawapres Jokowi.
Lalu, akankah Mahfud mampu menjadi tokoh win-win solution partai-partai pendukung koalisi Jokowi?