Setiap pagi, saat sebagian orang baru bersiap berangkat kerja atau sekolah, Ibu Nizha sudah berdiri di pinggir jalan dengan meja lipat dan etalase kecil. Di atasnya tersusun rapi aneka kue basah—risoles, lemper, kue lapis, dan bolu kukus warna-warni.
Ibu Nizha adalah pedagang kue pinggir jalan yang biasa mangkal di dekat lampu merah Airlangga. Ia sudah berjualan sejak lima tahun lalu. Awalnya hanya coba-coba membawa 20 potong kue, sekarang bisa menjual lebih dari 100 potong setiap hari.
“Dulu Cuma buat iseng, buat bantu ekonomi rumah. Tapi ternyata banyak yang beli, terutama ibu-ibu dan anak sekolah. Jadi saya lanjut terus sampai sekarang,” ujar Ibu Nizha sambil merapikan dagangannya.
Berjualan di pinggir jalan memang bukan hal mudah. Harus bangun pagi, siap-siap bawa dagangan, panas-panasan, kadang hujan. Tapi bagi Ibu Nizha, ini adalah sumber rezeki yang halal dan barokah. Dalam sehari, ia bisa membawa pulang keuntungan Rp100.000 sampai Rp200.000, tergantung banyaknya pembeli.
Menurut Ibu Siti, dosen kewirausahaan, pedagang kecil seperti Ibu Nizha adalah contoh nyata usaha mikro yang tangguh. “Meski usahanya sederhana, tapi mereka punya peran besar dalam ekonomi rakyat. Mereka mandiri, ulet, dan sangat dekat dengan masyarakat,” jelasnya.
Pakar bisnis Dr. Rhenald Kasali juga pernah mengatakan, usaha kecil seperti ini bisa tumbuh besar kalau dikerjakan dengan niat dan mau belajar. “Tidak ada usaha yang terlalu kecil jika dikerjakan dengan sungguh-sungguh,” ujarnya dalam sebuah wawancara.
Sekarang, meskipun berjualan di pinggir jalan, Ibu Nizha juga mulai belajar promosi lewat WhatsApp,Instagram, dll. Beberapa pelanggan tetap suka memesan lebih dulu, lalu tinggal ambil langsung di tempat jualannya. Ia juga mulai menerima pesanan kue untuk acara kecil di lingkungan sekitar.
Kesimpulan
Berjualan kue di pinggir jalan mungkin terlihat sederhana. Tapi dari meja kecil di trotoar itu, Ibu Nizha bisa membantu ekonomi keluarga, menyekolahkan anak, dan tetap mandiri tanpa harus bekerja ke luar kota. Usaha kecil seperti ini membuktikan bahwa semangat dan ketekunan lebih penting daripada modal besar.