Mohon tunggu...
Siswa Rizali
Siswa Rizali Mohon Tunggu... Konsultan - Komite State-owned Enterprise

econfuse; ekonomi dalam kebingungan

Selanjutnya

Tutup

Money

Penyebab Uber Terus Merugi

5 Februari 2018   10:45 Diperbarui: 5 Februari 2018   10:51 1139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Dipublikasi di kolom Opini Kontan (Daily), 25 Januari 2018

======

Uber telah menyebabkan 'disrupsi' di sektor transportasi perkotaan, khususnya taksi, di penjuru dunia. Dalam waktu singkat, Uber beroperasi di lebih 600 kota, lebih 70 negara, memiliki 50 juta konsumen, dan sekitar tiga juta pengemudi.

Nilai transaksi di platform Uber naik tajam dari US$ 0,7 Miliar pada 2013, menjadi US$20 Miliar di 2016. Di tahun 2017, nilai transaksi di platform Uber diperkirakan mencapai US$ 37 Miliar.

Di Indonesia, Uber dan perusahaan sejenis menyebabkan banyak perusahaan taksi konvensional merugi dan berhenti beroperasi. Perusahaan taksi besar terbaik seperti BlueBird dan Express juga mengalami penurunan drastis kinerja keuangan.

Ironisnya, berbagai capaian Uber tersebut disertai kerugian terbesar dalam sejarah perusahaan teknologi. Sejalan ekspansi agresif Uber, kerugian melonjak tajam dari US$ 0,7 Miliar pada 2014, menjadi US$ 2,7 Miliar di 2015, dan diperkirakan sekitar US$ 3,5 Miliar dalam periode Januari-September 2017. Pada tahun 2016, meski kerugian Uber 'hanya' US$ 319 Juta, rugi operasional Uber mencapai US$ 3,2 Miliar.

Permasalahan operasional Uber juga ditandai dengan mundurnya Uber dari dua pasar besar yaitu China (di 2016) dan Rusia (2017).

Apa yang salah dengan model bisnis Uber?

Perhatikan, kenaikan skala bisnis Uber yang luar biasa ternyata memperbesar kerugian. Ini indikasi skala bisnis Uber tidak meningkatkan efisiensi operasional Uber, bahkan memperburuk kinerjanya. Ini terjadi karena Uber tidak bisa merubah operasional bisnis taksi yang intensif akan keperluan kendaraan dan perawatannya, pengemudi, dan bahan bakar minyak (BBM).

Sebagai perusahaan aplikasi teknologi, Uber tetap memerlukan 'mitra mandiri' sebagai operator taksi agar bisnisnya bisa berjalan. Model bisnis Uber ternyata tidak menghilangkan keperluan sarana fisik untuk menyediakan jasa taksi.

Model bisnis Uber sangat berbeda dengan perusahaan berbasis teknologi seperti Amazon atau Penerbitan Online. Ritel online Amazon bisa meniadakan keperluan ruang toko/mall untuk memajang produk. Bisnis penerbitan online juga meniadakan keperluan gedung, mesin percetakan, kertas, tinta, dan mengurangi distribusi konvensional. Kedua jenis bisnis juga berhasil mengurangi pegawai. Sedangkan biaya investasi pengembangan IT dan perangkatnya, jauh lebih kecil dari penghematan biaya yang diperlukan untuk gedung, pegawai, dan operasional konvensional. Sejalan dengan ekspansi usaha, rata-rata biaya tetap untuk investasi teknologi dan platformnya menurun drastis terhadap total biaya operasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun