Mohon tunggu...
Piccolo
Piccolo Mohon Tunggu... Hoteliers - Orang biasa

Cuma seorang ibu biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senja, Jingga dan Jingga

6 Maret 2021   11:05 Diperbarui: 6 Maret 2021   11:10 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku pecinta senja dan Jingga. Tak peduli apakah senja itu jingga atau gerimis bahkan hujan deras sekali pun. Bagiku, senja selalu menawarkan ruang untukku menanggalkan lelahku sepanjang hari. Dan itu wajib dirayakan dengan secangkir kopi tentunya.

Senja ini aku kembali menikmatinya bersama jingga dan Jingga. Aku sudah menunggunya sekitar lima belas menit di tempat ini. Sudah kupilihkan sudut paling indah di mana cahaya senja memapar lembut menembus jendela kaca. Ditemani musik Jazz aliran Bossa Nova, senjaku sempurna kali ini.

"Maaf telat...." Jingga bahkan tak kehilangan ayunya hanya dengan sisa make up yang sudah memudar.

"Kayak pernah duluan aja nyampenya...." Godaku berhasil membuat Jingga memajukan bibirnya beberapa centi ke depan.

Sungguh aku tak pernah bisa membayangkan apa jadinya senjaku tanpa Jingga. Perempuan mandiri yang membuatku jatuh cinta dengan sejatuh-jatuhnya. Jingga bisa membuat siapa pun jatuh cinta dengan sangat cepat padanya. Aku hampir tak punya alasan untuk tidak mencintai dia. Aku bahkan hampir tak pernah melihatnya cemburu, jelas dia bukan tipe perempuan posesive. Hanya di kondisi mendesak dia memintaku dengan manja untuk mengantar atau menjemputnya.  Dia selalu bilang kalau aku butuh orang untuk antar jemput, kan ada abang-abang ojol. Kamu itu calon imamku, bukan calon driver pribadiku.

Dengan diam Jingga memberiku selembar kertas. Hasil check lab, tepatnya hasil swab antigen. Aku seperti tersambar petir melihat hasilnya.

"Aku anter kamu sekarang  ke lab yang lain ya. Kita PCR bareng."

Tak perlu basa basi kami menyudahi kencan senja kami kala itu. Pantas saja Jingga tak ingin memesan apa pun tadi.

"Ada gejala yang kamu rasain, Ga?"

"All is good. Aku nggak demam, nggak batuk, nggak ada gejala,  Lang. Tapi tadi pagi waktu aku bikin Cappuccino, aku kehilangan penciumanku. Dan waktu aku minum, feel tasteless."

"Semua bakal baik-baik aja, Ga." Aku berusaha memberikan energy positif untuk Jingga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun