Mohon tunggu...
PH Wathan
PH Wathan Mohon Tunggu... -

Praktisi Pemerintah. Pencari Ilmu Sepanjang Hayat

Selanjutnya

Tutup

Financial

Investasi Emas : Biar Cuan, Baca Ini Dulu!

2 Juni 2025   11:02 Diperbarui: 2 Juni 2025   11:02 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Tersebutlah dalam kitab agama Islam, perhiasan yang menjadi simbol kemuliaan dan hadiah dari Tuhan, emas namanya. Emas merupakan harta yang tak hanya mengandung nilai material tetapi juga mengandung nilai spiritual.
Karena sifatnya itulah emas menjadi instrumen investasi bagi sebagian masyarakat. Alasan pemilihan emas biasanya dilatarbelakangi pertimbangan sebagai pelindung nilai terhadap inflasi, cenderung likuid (mudah dijual), bisa dibeli bertahap, dan gampang diwariskan.
Kelebihan lain, emas ternyata mampu menjadi aset Safe Haven, yaitu aset yang mampu bekerja dengan baik saat pasar saham atau mata uang mengalami volatilitas tinggi atau krisis. Para investor mengandalkan emas karena dapat menjaga nilai portofolio investasi.
Pun demikian, emas memiliki korelasi rendah atau bahkan negatif dengan aset lain seperti saham atau obligasi. Emas seringkali bergerak berlawanan arah dengan pasar saham atau obligasi. Hal ini berarti ketika nilai saham atau obligasi turun, harga emas cenderung naik, dan sebaliknya.
Meski memiliki kelebihan, emas sebagai instrumen investasi menyimpan kelemahan diantaranya, harga emas bisa sangat tidak stabil dan fluktuatif(baca : volatil) dalam jangka pendek yang dipengaruhi oleh banyak faktor seperti perubahan suku bunga, nilai tukar, dan permintaan global.
Fluktuasi permintaan global atau perubahan kebijakan moneter oleh bank sentral seringkali dapat mempengaruhi harga emas dengan cepat. Ini berarti, emas memiliki ketergantungan dengan pasar global.
Risiko investasi emas lainnya, emas tidak menjanjikan aliran pendapatan yang tetap,  sehingga investor hanya dapat mengandalkan apresiasi harga untuk mendapatkan keuntungan. Yang perlu diperhatikan lainnya, menyimpan emas membutuhkan biaya atau alat penyimpanan misal brankas/safe deposit box dan mungkin tambahan biaya asuransi untuk melindungi dari pencurian atau kerusakan.
Saat ini tren harga emas naik tajam seiring kebijakan AS  mengobarkan perang tarif ke banyak negara. Lonjakan harga emas juga dipengaruhi pelemahan dolar AS dan penurunan imbal hasil US Treasury.


Kiat Investasi Emas


Di tengah ketidakpastian ekonomi yang terjadi sekarang ini, investasi emas masih menjadi salah satu pilihan logis dan relatif  menguntungkan. Bonita Kusuma Astuti, Penggiat Financial Planner dari Danarakca Financial Planner Community Kemenkeu, menyampaikan kiat-kiat yang bisa dipertimbangkan dalam berinvestasi emas:
Pertama, Tentukan tujuan. Investasi emas sebaiknya untuk tujuan jangka menengah-panjang, kebutuhan pendidikan anak, pensiun, dan warisan. Investasi emas untuk tujuan jangka pendek (kurang dari 1 tahun) agar tidak dilakukan.
Kedua, Alokasikan secara Proporsional. Emas dapat berfungsi sebagai 'safe haven' saat pasar mengalami turbulensi dan memberikan perlindungan terhadap inflasi. Untuk itu agar mempetimbangkan alokasi emas 5--10% dari total portofolio investasi.
Ketiga, Pilih Bentuk Emas yang sesuai. Pilih dalam bentuk fisik atau emas digital.
Keempat, Review dan Sesuaikan Portofolio. Lakukan evaluasi investasi minimal setahun sekali. Jika harga emas melonjak signifikan, bisa rebalance portofolio.
Kelima, Timing Bukan Segalanya, Konsistensi Lebih Penting. Beli emas bukan pada saat harga "termurah". Belilah emas secara berkala (bulanan/kuartalan).  Tindakan akan mengurangi risiko volatilitas harga.
Jadi, segera tentukan langkah investasi Anda hari ini, karena setiap orang memiliki jalan finansial yang unik untuk masa depannya.(phw).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun