Saya tidak tahu harus berkata apa ketika melihat skuad Garuda Jaya yang telah mempecundangi Korea Selatan 3-2. Saya bukan orang yang suka melihat bola, tetapi semua berubah ketika mampir di Warung Burjo dan melihat Garuda Jaya bertarung dengan gigih di bawah guyuran hujan yang sangat deras. Hingga akhirnya pertandingan dihentikan, dan saya pulang dengan rasa penasaran untuk kembali melihat skuad Garuda Jaya kembali melanjutkan pertandingan.
Di depan televisi teman kost saya, pandangan saya terhadap dunia persepakbolaan Indonesia berubah. Di depan televisi selama pertandingan jantung saya berdegup keras, tidak tahu apa sebabnya. Di televisi jelas-jelas skuad Garuda Jaya menunjukkan bahwa mereka memiliki daya tarung yang buas dan tidak boleh diremehkan sebesar dan seberapa menakutkan tim yang sedang mereka hadapi.
Saya masih kurang tahu siapa itu Evan Dimas, Maldini, dan lain sebagainya, tetapi malam ini saya jadi tahu siapa itu Skuad Garuda Jaya sebenarnya. Ya, mereka adalah pahlawan-pahlawan masa kini yang siapapun wajib untuk mengangkat topi setinggi-tingginya kepada Skuad Garuda Jaya dan para pendampingnya. Mereka adalah pahlawan, mereka adalah pahlawan.
Dari semua perjuangan, yang paling saya kagumi adalah bagaimana para pemain dan pendamping sujud secara berjamaah. Ini menunjukkan bahwa para pemain Skuad Garuda Jaya mengandalkan Tuhan dalam setiap sentuhan bola yang mereka lakukan. Semakin terharu saja saya melihatnya.
Terakhir adalah satu yang semakin membuat saya kagum, yaitu kalimat Evan Dimas mengutip dari pelatih Indra Syafri:
“Semua bisa dilawan kecuali Tuhan”. Membuat siapa saja yang membaca beritanya akan bergetar dan merinding. Terimakasih coach Indra Syafri.
Bravo Skuad Garuda Jaya, terimakasih Ivan Dimas dan kawan-kawan atas inspirasinya malam ini. Andalkanlah selalu Tuhan dalam hidupmu.
Tidak ada lagi sekarang pesimisme untuk dunia sepak bola Indonesia.
“Cogito Ergo Sum"
