Menariknya, peserta demonstrasi dibuat dengan label berbeda, "aksi damai dan perusuh." Padahal munculnya aksi massa gara-gara hal yang sama, ingin menggugat hasil Pemilu Presiden 2019. Ujungnya ratusan orang ditangkap tanpa jelas siapa yang menjadi pemimpin demonstrasi tersebut dan seolah masalah dibikin "abu-abu".Â
Setelah tanggal 22 Mei 2019, demonstrasi usai. Politikus tua mulai menjadi bunglon mengatakan berulang kali, "Perusuh bukan bagian dari kami." Akhirnya seolah-olah para "perusuh" itu muncul seperti digerakkan oleh entah siapa.Â
Menariknya orang-orang yang mencaci maki dan mengancam membunuh Presiden Joko Widodo pun turut dilupakan oleh pihak oposisi yang membuat slogan "People Power" tersebut. Setelah ditangkap sang pengancam Jokowi memperjuangkan dirinya sendiri diproses untuk diadili. Orang-orang yang ditangkap itu akhirnya meminta maaf dan mengaku salah.
Jangan-jangan mereka yang mengancam Pemimpin yang berkuasa di negeri ini tidak tahu tujuan demonstrasi yang mereka lakukan sebenarnya. Merasa  hanya merasa menjadi "satu golongan" dengan kaum oposisi.Â
Tetapi tidak memahami kalau pengambilalihan kekuasaan tidak bisa dilakukan dengan semudah mengatakan "penggal dan bunuh Jokowi". Mereka mungkin tidak mengerti pula maksud dari penolakan hasil Pemilu Presiden 2019 yang digaungkan oleh tim Pemenangan Prabowo-Sandi itu sendiri.