Mohon tunggu...
Phadli Harahap
Phadli Harahap Mohon Tunggu... Freelancer - Aktif di Komunitas Literasi Sukabumi "Sabumi Volunteer"

Seorang Ayah yang senang bercerita. Menulis dan Giat Bersama di sabumiku.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Ancaman Kepada Presiden Terbukti Tidak Ada Gunanya

26 Mei 2019   08:45 Diperbarui: 26 Mei 2019   08:59 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joshua Wong, Penggerak Demonstrasi di Hongkong tahun 2014. Sumber Foto: BBC.com

Dua kali kasus pengancaman terhadap Presiden Joko Widodo itu terbukti tiada guna. Satu orang ingin memenggal kepala dan satu orang lainnya ingin membunuh sang Presiden. Saya pikir tindakan yang dilakukan dengan mengancam Jokowi itu bentuk kebodohan semata. Tidak ada gunanya pula menunjuk-nunjuk kamera sembari melototkan mata. 

Toh beberapa hari kemudian ditangkap pihak kepolisian, diperiksa, meminta maaf, dan ujungnya dipenjara. Apes malah bertambah karena si pengancam Presiden di Republik Indonesia ini bakal tidak bisa berlebaran bersama keluarga. 

Jadi percuma pula turun ke jalan dengan cara berteriak-teriak penuh ancaman, karena takkan menghasilkan apapun. Anda yang berminat menjadi bagian pihak oposisi yang berlawanan dengan Pemerintah sebaiknya berpikir matang. 

Carilah cara yang lebih elegan dan enggak bikin malu dalam mengkritik seorang Presiden. Kalau ujungnya ditangkap polisi dan cuma meminta maaf, apa gunanya.

Seperti serigala di depan kamera handphone, diunggah ke media sosial, dan akhirnya malah menjadi macan ompong. Lebih ompong lagi, mereka yang seolah menjadi pemimpin gerakan people power. 

Teriak dari atas "podium" memanas-manasi masa, tanpa ikut turun ke jalan. Lalu, akhirnya ricuh dan rusuh, mereka mengatakan perusuh itu bukan bagian dari kami. People akhirnya tak punya power.

Kalau mau elegan tirulah demonstrasi yang dijalankan oleh Joshua Wong seorang yang memimpin protes mahasiswa yang menuntut demokrasi penuh bagi Hongkong. Dia benar-benar menjadi dirigen dari kekuatan massa. Pemerintah Cina dibuka kesal oleh Joshua wong yang pada tahun 2014 itu masih seorang pelajar berusia 17 tahun.

Bahkan demo berhasil menggerakkan setidaknya 80 ribu orang turun ke jalan. Sejumlah pendemo membuat barikade untuk menghadap pasukan keamanan. Protes jalanan yang dikenal pro-demokrasi "Payung" Hong Kong pada 2014, membuatnya dipenjara. 

Meski aksi protes massa berhasil diredam, tetapi dia berhasil membuat penguasa Partai Komunis Cina di Beijing gerah. Protes massa yang menjadi tantangan politik terbesar Cina dalam beberapa dekade.

Tujuan demonstrasi yang dipimpin anak muda di Hongkong itu jelas berbeda dengan yang terjadi di Indonesia. Di sini, politikus tua yang memanas-manasi dan setelah timbul kerusuhan mengatakan mereka adalah perusuh. 

Menariknya, peserta demonstrasi dibuat dengan label berbeda, "aksi damai dan perusuh." Padahal munculnya aksi massa gara-gara hal yang sama, ingin menggugat hasil Pemilu Presiden 2019. Ujungnya ratusan orang ditangkap tanpa jelas siapa yang menjadi pemimpin demonstrasi tersebut dan seolah masalah dibikin "abu-abu". 

Setelah tanggal 22 Mei 2019, demonstrasi usai. Politikus tua mulai menjadi bunglon mengatakan berulang kali, "Perusuh bukan bagian dari kami." Akhirnya seolah-olah para "perusuh" itu muncul seperti digerakkan oleh entah siapa. 

Menariknya orang-orang yang mencaci maki dan mengancam membunuh Presiden Joko Widodo pun turut dilupakan oleh pihak oposisi yang membuat slogan "People Power" tersebut. Setelah ditangkap sang pengancam Jokowi memperjuangkan dirinya sendiri diproses untuk diadili. Orang-orang yang ditangkap itu akhirnya meminta maaf dan mengaku salah.

Jangan-jangan mereka yang mengancam Pemimpin yang berkuasa di negeri ini tidak tahu tujuan demonstrasi yang mereka lakukan sebenarnya. Merasa  hanya merasa menjadi "satu golongan" dengan kaum oposisi. 

Tetapi tidak memahami kalau pengambilalihan kekuasaan tidak bisa dilakukan dengan semudah mengatakan "penggal dan bunuh Jokowi". Mereka mungkin tidak mengerti pula maksud dari penolakan hasil Pemilu Presiden 2019 yang digaungkan oleh tim Pemenangan Prabowo-Sandi itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun