Mohon tunggu...
Alex Palit
Alex Palit Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Membaca Bambu Mengungkap Makna

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kisah Prabowo Subianto dan Ahok

10 November 2016   14:59 Diperbarui: 10 November 2016   15:26 915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo - Ahok (Foto dok Tribunnews.com)

Berikutnya, atas “Kasus Ahok”. Kalaupun kemudian “Prabowo Subianto Serukan Tuntaskan Proses Hukum Kasus Ahok”, itu lebih pada sebuah harapan bahwa sebagai negera berkedaulatan hukum hendaknya segala sesuatunya yang terhubung dengan diproses dan diselesaikan secara hukum demi keadilan hukum dan kebenaran hukum.

Sebagai pengusung Ahok jadi cawagub di Pilkada DKI Jakarta 2012, di sini Prabowo seakan masih terbebani oleh tanggungjawab moral politis atas kasus ini. Benarkah mantan kader Gerindra yang kini jadi Gubernur DKI Jakarta ini melakukan penistaan agama yang eksesnya membuat keresahan masyarakat luas dan berujung pada “Demo 411”.

Dan Prabowo pun menyerukan “Kasus Ahok” untuk diproses secara demi keadilan hukum dan kebenaran. Pastinya yang dimaksud keadilan hukum bermakna persamaan di depan hukum buat siapapun (equality before the law).

Di sini saya melihat bahwa meski partainya (Gerindra) tidak lagi mendukung pencalonan Ahok di Pilkada DKI Jakarta 2017, atau bahkan kini “Anti Ahok”, tapi sebagai pribadi Prabowo tetap menunjukkan empati terhadap kasus yang menimpah mantan kader Gerindra ini. Dan dari sini saya melihat jiwa besar dari sosok kepimpinanan Prabowo.

Saya pun teringat pada buku Prabowo “Surat Untuk Sahabat”. Dalam buku itu Prabowo menyinggung arti penting ditanamkannya spirit kearifan ‘Mikul Duwur Mendem Jero’.

Di mana kita sering dengan begitu gampangnya menjelekkan, menyalahkan atau saling usrekmengungkit mencari kesalahan satu sama lain. Bahkan kalau perlu kita serang dan singkirkan orang-orang yang beda pendapat, beda pandangan, beda paham, beda keyakinan, demi dan dengan sebuah alasan pembenaran yang tunggal dan absolut.

Sementara kita sering berlaku tidak fair, di mana kebaikan, jasa dan prestasi seseorang tidak pernah dicatat, kalau perlu malah dihapus, dimunculkan kejelekkan dan jelek-jeleknya saja.

Di sini, dari spirit ‘mikul duwur mendem jero’, Prabowo mengingatkan kepada kita tentang arti menjunjung tinggi martabat dan kehormatan seseorang atas jasanya dengan mengubur sedalam-dalamnya kesalahan atas pertimbangan demi kebaikan kedepannya.

Karena kalau kita senantiasa berkutat usrek terus dengan mengungkit-ungkit mencari dosa-dosa kesalahan, menyalahkan, menjelekkan, bahkan sampai melontarkan fitnah sebagai pembunuhan karakter (character assassination), ini yang disebut Prabowo sebagai kemunduran.

Di buku “Surat Untuk Sahabat”, Prabowo banyak mencuplik kutipan-kutipan kearifan lokal warisan budaya bangsa nenek moyang; sing becik ketitik sing ala ketara, ojo dumeh, ojo adigang adigung adiguno, ojo lali, ojo kagetan, ojo rumangsa iso, ning iso rumangsa.

Pada akhirnya, atas “Kasus Ahok” kita serahkan dan percayakan pada proses hukum serta penegakan hukumnya. Pastinya semuanya berharap di proses hukum ini nantinya menjadi terang benderang untuk menemukan kebenaran hukum, keadilan hukum, dan penegakkan hukumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun