Kita telah menyusuri pantai, sungai dan gunung-gunung di Papua. Kita telah berjalan-jalan di kota-kota di Papua sampai ke wilayah pelosok tanah terberkati ini. Kita menemukan jurang pemisah yang lebar antara gedung gereja dan kehidupan jemaat di kota dengan yang hidup di pedalaman. Di kota, gedung gereja megah lengkap dengan berbagai fasilitas pendukungnya. Di kampung-kampung terpencil, tempat beribadah seadanya. Gubuk reot. Hari Minggu tidak ada ibadah karena tidak ada Guru Agama atau Majelis Gereja.
Di kampung-kampung, kita telah melihat gedung Sekolah Dasar tutup. Rumput sudah tinggi menjulang menutupi gedung sekolah. Tidak ada Guru. Tidak ada proses belajar mengajar. Anak-anak berlarian ke sana ke mari tanpa mengenal huruf dan angka. Mereka adalah anak-anak Allah, warga Gereja, masa depan Papua. Bagaimana masa depan mereka?
Sebagai satu Tubuh di dalam Tuhan Yesus Kristus, hendaklah para Gembala di setiap Sinode, Klasis, Keuskupan dan Paroki saling membuka diri dan membangun kemitraan dalam pelayanan kepada umat Allah di tanah Papua, secara khusus di bidang pendidikan. Para Gembala di kota-kota di tanah Papua mulai mengarahkan pandangan ke rekan sepelayanannya di wilayah pedalaman Papua. Pastor dan Pendeta yang bertugas di wilayah kota dan pedalaman perlu membangun komunikasi dan koordinasi agar saling mendukung dalam karya pendidikan bagi anak-anak Tuhan di pelosok tanah Papua. Melalui kemitraan yang erat antara Pastor di kota dan pedalaman, Gereja dapat membawa banyak anak-anak Papua ke masa depan yang cerah melalui pendidikan berkualitas, yang bermula di kampung-kampung di Papua.Â
Pastor dan Pendeta di kota-kota menggalang dana solidaritas pendidikan. Pastor dan Pendeta di kampung-kampung pergi ke sekolah-sekolah membawa kabar baik bahwa Sekolah Dasar di kampung akan hidup karena mendapat dukungan dari jemaat di kota-kota di Papua. Orang tua mengantar anak-anak ke Sekolah Dasar. Para Guru aktif mengajar. Tua-tua adat memberikan dukungan melalui nasihat dan motivasi kepada warga kampung agar menjaga para Guru di kampung. Pemerintahan kampung bersedia membantu Sekolah Dasar di kampung. Dengan demikian, pintu-pintu Sekolah Dasar di kampung  mulai terbuka kembali. Anak-anak berlarian ke sekolah. Mereka menerima ilmu dan pengetahuan, berkembang secara intelektual, spiritual dan emosional. Kelak mereka menjadi pribadi-pribadi berkualitas dan berintegritas dalam membangun Papua di atas dasar takut akan Tuhan. [Nbr, 7 Mei 2021].