Mohon tunggu...
Petra Wahyu Utama
Petra Wahyu Utama Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sejarah

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.” -Pramoedya Ananta Toer-

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Rock di Semarang, Gegap Gempita Distorsi hingga Akhir 90-an

18 Juni 2020   23:57 Diperbarui: 21 Juni 2020   14:52 1265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Koleksi Arsip Pribadi

Sumber: Arsip Koleksi Pribadi
Sumber: Arsip Koleksi Pribadi
Penampilan musik yang antusiasmenya pada masa itu mampu mengimbangi rock hanyalah dangdut. Penggemar musik rock dan dangdut dikenal sebagai fans yang fanatik, bahkan tidak jarang mereka terlibat perkelahian fisik. Ihwal terjadinya konflik antara penggemar musik rock dengan dangdut bermula pada pernyataan gitaris grup Giant Step, Benny Soebardja. 

Benny mengatakan bahwa dangdut sebagai "musik tai anjing". Pernyataan Benny ini memicu konflik antara penggemar musik dangdut dan rock. Bahkan melebar hingga pelosok-pelosok negeri tidak terkecuali di Semarang. Perdamaian kemudian terjadi pada 1987, ketika Yapto Soerjosoemarno mempertemukan Rhoma Irama sebagai wakil dari golongan musisi dangdut dan God Bless dari golongan musik rock.

Intensitas konser musik rock yang sering dipertunjukkan kemudian menginspirasi para pemuda Semarang untuk membentuk grup-grup musik rock. Pada awal 1970-an, ada tiga nama grup musik rock Semarang yang muncul dan menjadi band yang cukup disegani pada masa itu yakni, Mama Clan's, Dragon, dan Fanny's. Band.

Seiring berjalannya waktu, grup band rock terkenal lainnya juga muncul yaitu Voodoo Child. Grup band ini sering membawakan lagu-lagu dari Jimmy Hendrik dan menjadi band pertama di Semarang yang dikelola oleh promotor secara profesional. Promotor ini memberikan fasilitas studio musik untuk berlatih dan bertanggung jawab pada saat mereka melakukan pementasan.

Kebanyakan dari para musisi rock di Semarang memperoleh "repertoar" (komposisi musik/lagu) dan referensi musik dari pelat-pelat atau piringan hitam yang didapatkan dari kolega mereka setelah kepulangannya dari luar negeri atau membeli di kompleks pertokoan Pasar Baru, Jakarta Pusat yang lebih lengkap koleksi musiknya.

Memasuki dasawarsa 1980, musik rock semakin digilai dan merambah hingga ke kalangan pelajar di Kota Semarang. Dari berbagai festival musik dan lomba band yang diadakan, hampir semua lagu wajib yang ditentukan oleh panitia diaransemen dengan irama rock yang kental dengan kencangnya efek distorsi gitar. 

Para pendukung dari grup yang berlomba pun juga tampak membawa spanduk bertuliskan "Rock Never Die". Kegiatan festival dan lomba ini dipercaya menciptakan bibit-bibit baru sehingga tidak heran bila musisi rock dari Semarang seperti Icarus, Power Slaves, Blue Savana, dan grup-grup lainnya turut serta mewarnai belantika musik Indonesia.

Hingga pada dekade 1990-an, kegiatan dan intensitas festival musik rock di Semarang tampak semakin besar. Hal ini dibuktikan dengan penyelenggaraan festival musik rock di Pusat Rekreasi dan Promosi Pembangunan (PRPP) dengan tajuk "Festival Rock Se-Jawa". 

Tidak main-main, band-band yang berlomba pada festival ini pun dinilai oleh dewan juri ternama seperti Bambang Iss, Haryono Chandra (Harpha Record), Denny Sabri, dan Pungky personil band rock Andromeda.

Pergeseran Selera Musik
Sebagai bagian dari budaya populer yang berkembang di Indonesia, musik telah melebur menjadi industri komersil yang berkembang ditengah-tengah masyarakat. Ariel Heryanto berpendapat bahwa budaya populer adalah produk budaya yang berasal dari masyarakat industrial. 

Kegiatan pemaknaan dan hasilnya yakni kebudayaan, dihasilkan dan ditampilkan dalam jumlah besar dengan bantuan teknologi produksi, distribusi, dan penggandaan massal, sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat luas yang bersifat pluralistik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun