Mohon tunggu...
PESTA LIANASILALAHI
PESTA LIANASILALAHI Mohon Tunggu... Guru - berusaha menjadi guru yang luar biasa namun tidak ingin binasa

Guru merupakan arsitek kehidupan. Guru bergandengan tangan dengan orangtua siswa membentuk karakter. Guru memberikan ilmu kepada siswa dari yang tidak tahu menjadi tahu.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Membimbing kepada Kematian, Sosiologi kepada Bunuh Diri

18 Februari 2020   17:07 Diperbarui: 18 Februari 2020   17:08 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Filsafat membimbing kepada kematian, sosiologi membimbing kepada bunuh diri merupakan kalimat yang berasal dari; Jean Baudrillard. Filsafat merupakan ilmu dari segala ilmu. Ilmu yang paling tertua. Ilmu filsafat yang menaungi semua ilmu yang ada. Kadang kita pun pusing untuk mengetahui makna yang terkandung dalam kalimat yang mengacu kepada filsafat sebagai contoh ....tahu namun tidak mau tahu dan tidak ingin tahu walaupun tahu..... sungguh rumit untuk memahami maksud dan tujuan dari bahasa filsafat tersebut. Kita menggunakan bahasa filsafat maka kita akan merasa bijak untuk melihat maupun menilai kehidupan, atau bahkan naf.

Filsafat membimbing kepada kematian, sosiologi membimbing kepada bunuh diri merupakan kalimat yang berasal dari; Jean Baudrillard. Kematian yang dimaksud adalah mati dalam bertindak, mati secara naluri, mati secara batiniah maupun mati secara logika. Kematian pun ada beberapa cara yang harus dilakukan. Tetapi jangan sekali-sekali mempraktekkannya. Sangat bahaya dan tidak elok untuk orang yang memiliki iman. Ketika seseorang memiliki iman maka dia akan memiliki dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Manusia hidup memiliki harapan yang tinggi supaya hidup sungguh berarti. Ketika kita berharap maka kita pasti akan menyakini akan sesuatu yang diperoleh kelak. Beberapa contoh yang mungkin telah kita ketahui untuk mengakhiri hidup antara lain ada yang menghakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri, yakni gantung diri, loncat dari gedung bertingkat, menabrakan diri ke kereta yang sedang melaju, meminum racun serangga. Hanya beberapa yang disebutkan menamatkan diri dengan cara ekstrim. Bahkan ada game jaman sekarang yang menuntun para pesertanya melakukan bunuh diri diakhir permainan sebagai pemenangnya. Memang amat luar biasa pengaruh negative serta tekanan hidup. Oleh sebab itu kita harus tetap bersyukur serta taat melakukan tata ibadah sesuai dengan agama yang dianut.

Mati dalam bertindak mungkin saja tidak tahu apa yang harus dilakukan pada saat yang sangat penting. Setiap orang pada waktu yang sangat mendesak bahkan tidak tahu untuk mengambil keputusan yang baik bagi dirinya akan mendengar bisikan halusinasi yang akan menyimpang dari nalar. Banyak pertimbangan untuk mengambil keputusan yang benar tanpa mengesampingkan kebaikkan dari keputusan yang dibuat. Lain halnya dengan mati secara naluri. Yang dimaksud dengan mati secara naluri seakan sudah tidak ada rasa empati lagi kepada orang yang disayang. Seseorang yang telah terluka oleh perkataan maupun perbuatan orang lain terhadap dirinya seakan dia mati secara batiniah. Korban bully/ perundungan pun merupakan mati secara batiniah, tak dapat berontok maupun membebaskan diri dari sesuatu yang membuatnya tidak aman. Mati secara logika ketika seseorang telah mabuk kepayang dengan seorang gadis yang menjadi dambaan hatinya. Apapun yang diminta sang gadis kepadanya akan dipenuhi walaupun itu diluar kemampuannya baik secara material maupun secara akal sehat. Apabila cintanya ditolak maka dukun bertindak kadang ada istilah yang selalu didengungkan. Zaman sekarang pengaruh dukun  hanya sekedar cerita dongeng yang tidak masuk akal.

Manamatkan diri secara paksa adalah perbuatan keji. Semua agama di dunia akan mengutuk orang yang telah sengaja mencabut nyawanya. Berbeda halnya dengan suatu Negara yang memiki budaya malu. Sebagai contoh Negara Jepang. Banyak yang dilakukan oleh manusia yang berada di Jepang ketika dia telah lalai dalam tanggung jawab yang diberikan. Kegiatan Arahkiri merupakan budaya yang sangat dijunjung tinggi ketika seseorang telah gagal melaksanakan tugas yang diberikan. Ketangkap basah ketika diketahui telah melakukan korupsi. Bagaimana dengan Negara kita? Masih menjunjung tinggi hukum yang berlaku. Apakah budaya malu masih ada? Tergantung manusianya. Adakah cara untuk meluapkan rasa bersalah atau gagal? Ada saja dengan cara minta maaf. Budaya malu masih tidak ada itu mungkin hanya sebagian kecil saja, yang ada masih budaya pengertian satu dengan yang lainnya. Luapan rasa bersalah tidak ada yang ada hanya muka tembok, yang tidak tahu malu.

Sebagai contoh anak remaja pada zaman now. Remaja pada saat ini ketika mendapatkan nilai jelek dibawah nilai KKM. Dia akan tertawa seakan tidak ada rasa bersalah akan nilai yang diperolehnya tersebut. Mereka merasa memiliki muka tembok. Bahkan mereka cukup mengandalkan nilai remedial. Jadi seakan-akan nilai malu sudah tidak ada lagi atau mungkin urat kemaluannya sudah putus. Kitapun tidak dapat menyalahkan anak-anak yang masih dalam berkembang secara phisik maupun mental. Berbagai macam tuntutan yang berasal dari orangtua maupun sekolah membuat anak remaja akan merasa setrees atau bahkan hilang rasa cerianya sebagai anak yang masih dalam pertumbuhan dan juga masih dalam perlindungan orangtua. Hanya sebagian kecil akan kecewa ketika memiliki nilai rendah. Pastinya mereka akan berjanji untuk lebih tekun mengukir prestasi baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Ada anak yang memotivasi dirinya ketika dalam keterpurukakannya, ada pula yang hanya pasrah akan nasib yang dimilikinya. Atau bisa saja menyalahkan arti dari kalimat yang ini filsafat membimbing kepada kematian, sosiologi membimbing kepada bunuh diri merupakan kalimat yang berasal dari; Jean Baudrillard.

Kalimat yang berasal dari; Jean Baudrillard, yakni filsafat membimbing kepada kematian, sosiologi membimbing kepada bunuh diri. Dari kalimat tersebut seakan ada kalimat yang tak tersirat. Kalimat yang tak tersirat merupakan luapan hati yang kecewa akan hidupnya. Seakan pesimis dalam hidup yang naik turun seperti roda pedati. Ketika kita tidak mengetahui mengenai tujuan untuk hidup maka dunia seakan mati. Hidup itu menyenangkan. Hidup mempunyai warna tersendiri. Ketika hidup itu berarti maka semangat untuk hidup pasti akan terus membara. Apakah setiap manusia masih mempergunakan waktunya untuk hidup yang sesungguhnya? Apakah hidup berarti amat sulit untuk dijalani? Adakah manusia yang ingin mengakhiri hidupnya dengan sia-sia? Ada beberapa manusia yang bingung bahkan tak mengerti untuk apa dia hidup. Manusia akan menghargai hidup ketika dia dalam keadaan terbaring di rumah sakit. Terbaring tak berdaya, melakukan kilas balik sepanjang hidupnya. Akhirnya baru menyadari bahwa hidup itu adalah anugerah. Isilah hidup dengan memiliki tujuan sehingga dapat memaknainya dengan cara iklas dan selalu bersyukur akan semua yang ada. Jangan ada apanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun