Mohon tunggu...
rizki prasetya
rizki prasetya Mohon Tunggu... pengemar teknologi

pengemar teknologi dalam back end maupun front end

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Perkembangan Chatbot Suara AI: Dari Respon Otomatis hingga Percakapan yang nyata

12 Oktober 2025   05:41 Diperbarui: 12 Oktober 2025   05:41 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Chatbot suara kini menjadi bagian penting dalam transformasi digital dunia bisnis. Jika dulu chatbot hanya bisa membalas pesan teks sederhana, sekarang teknologi Artificial Intelligence (AI) membuatnya mampu berbicara secara alami, bahkan memahami konteks percakapan. Evolusi ini tidak terjadi dalam semalam. Dibutuhkan puluhan tahun riset, inovasi, dan pembaruan sistem suara berbasis text-to-speech (TTS) serta speech-to-text (STT) agar chatbot bisa “berbicara” seperti manusia.

Awal Mula Chatbot Suara

Konsep chatbot sebenarnya sudah muncul sejak tahun 1960-an, saat ELIZA diciptakan sebagai program komputer yang bisa merespons teks seperti psikolog. Namun, kemampuan berbicara dengan suara baru populer beberapa dekade kemudian — terutama setelah munculnya asisten digital seperti Siri (Apple), Alexa (Amazon), dan Google Assistant.

Chatbot suara pada masa itu masih terbatas: hanya mampu mengenali perintah tertentu, misalnya “nyalakan musik” atau “buka cuaca hari ini”. Tapi kemajuan AI generatif dan natural language processing (NLP) mengubah semuanya. Kini, chatbot suara mampu berinteraksi dengan kalimat kompleks, memahami nada bicara, dan menyesuaikan jawaban sesuai konteks percakapan.

Teknologi di Balik Chatbot Suara

Chatbot suara bekerja dengan dua komponen utama:

  1. Speech-to-Text (STT) — mengubah ucapan pengguna menjadi teks yang bisa dipahami mesin.
  2. Text-to-Speech (TTS) — mengubah teks balasan chatbot menjadi suara yang terdengar alami.

Di antara kedua proses ini, ada AI yang berperan menganalisis konteks, maksud pengguna, dan memilih respons yang tepat. Dengan adanya pembelajaran mesin (machine learning), sistem semakin cerdas dari waktu ke waktu.

Kini, teknologi TTS modern seperti neural voices mampu menghasilkan suara yang sangat realistis — lengkap dengan jeda, intonasi, dan ekspresi layaknya manusia. Hal ini membuat chatbot suara lebih menyenangkan diajak bicara, bukan sekadar alat bantu mekanis.

Dari Asisten Digital ke Layanan Pelanggan

Perkembangan chatbot suara AI tidak hanya memengaruhi dunia teknologi, tetapi juga membuka peluang besar di sektor bisnis. Banyak perusahaan, terutama di bidang perbankan, e-commerce, dan transportasi, mulai memanfaatkan chatbot suara untuk melayani pelanggan secara otomatis.

Misalnya, pelanggan yang menelpon bisa langsung disapa oleh sistem AI:
 “Selamat datang di layanan kami. Apa yang bisa kami bantu hari ini?”

Sistem lalu mengenali ucapan pelanggan dan memberikan jawaban yang relevan — tanpa perlu menunggu operator manusia. Chatbot semacam ini sering disebut sebagai IVR cerdas (Intelligent Voice Response).

Untuk pelaku UMKM, chatbot suara membantu melayani pelanggan tanpa henti, bahkan di luar jam kerja. Bisnis bisa tetap menerima pesanan, memberikan informasi, atau mencatat permintaan pelanggan secara otomatis.

Kecerdasan yang Semakin Emosional

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun