Mohon tunggu...
Politik Pilihan

AHY Tidak Punya Rekam Jejak Politik

28 Desember 2016   19:59 Diperbarui: 28 Desember 2016   20:03 1667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam pertarungan PILKADA DKI Jakarta tahun 2017 Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mencalonkan dirinya sebagai Calon Gubernur, nomor urut satu. Dia rela meninggalkan karirnya di militer demi mencalonkan diri menjadi gubernur DKI Jakarta. Rekam jejaknya dinilai masih sangat minim dalam bidang politik. Untuk memimpin Ibu Kota Jakarta membutuhkan pemimpin yang memilki pengalaman di bidang birokrasi pemerintahan. Dalam hal ini AHY masih sangat minim pengalaman dalam bidang tersebut, dirinya hanya memiliki pengalaman di bidang kemiliteran.   

Sebagai calon gubernur DKI Jakarta AHY meyakinkan dirinya untuk maju menjadi orang nomor satu di Ibu Kota Jakarta. Meskipun minimnya pengalaman yang dimiliki dalam bidang politik, dirinya yakin dengan pengalamanya di militer mampu memimpin kota sekeras Jakarta. Namun Agus Harimurti Yudhoyono dalam wawancaranya di salah satu televisi swasta ketika diwawancarai terlihat masih kurangnya persiapan untuk mencalonkan diri menjadi gubernur DKI Jakarta.

Pencalonan dirinya berkesan dadakan, saat itu AHY masih menjabat sebagai Danyonif Mekanis 203 / Arya Kemuning di bawah jajaran Kodam Jaya yang sedang bertugas di Australia ditelpon ayahnya Susilo Bambang Yudhoyono untuk ikut bertarung dalam Pilkada DKI Jakarta. Berangkat dari situ AHY memberanikan diri untuk ikut bertarung dalam Pilkada DKI Jakarta. Bagaimana mungkin Kota Jakarta dipimpin dengan seorang calon pemimpin dengan kesiapanya sangat minim.

Jakarta membutuhkan pemimpin yang visioner dengan segala masalahnya yang kompleks. Calon pemimpin Kota Jakarta harus sudah teruji kelayakanya. Rekam jejak Agus Harimurti Yudhoyono sebagai kepala daerah dalam hal ini belum teruji.

Kartini Kartono dalam bukunya membagi dua kategori dalam teori kepemimpinan. Pertama, menurutnya seorang pemimpin itu tidak dibuat. Akan tetapi, terlahir dari bakat-bakat alami yang luar biasa sejak lahir. Kedua, seorang pemimpin itu ditakdirkan lahir menjadi pemimpin dalam kondisi apapun dan bagaimanapun.

Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa ada dua kategori pemimpin. Pertanyaan yang mendasar, Agus Harimurti Yudhoyono termasuk kategori pemimpin yang seperti apa. Karir perpolitikan AHY sejauh ini masih belum ditemukan.  

Karirnya dalam perpolitikan masih perlu dipertanyakan, menjadi pemimpin Jakarta bukan sebatas membalikan “Telapak Tangan”. Kalau hanya mengandalkan prestasi untuk memimpin Jakarta. Rasanya, semua orang pintar pun bisa memimpin Jakarta. Sebab, Jakarta membutuhkan pemimpin yang dapat mengatasi kebanjiran, kemacetan, dan tingkat populasi yang tinggi.

Dalam mengatasi permasalahan di Jakarta AHY dalam visi-misinya belum mampu mengatasi masalah tersebut. Sekilas kurang jelasnya pemaparan untuk mengatasi cara-cara kebanjiran. Dibandingkan dengan AHOK yang sudah beberapa kali mengatasi banjir dengan cara normalisasi sungai. Normalisasi sungai disinyalir cara yang paling ampuh untuk mengatasi banjir.  

Menurut Agus Maryono seorang peneliti ekohedrolik dari UGM banyak membutuhkan perubahan yang harus dilaksanakan dimana-mana, seperti harus menetapkan skala prioritas sungai-sungai yang akan dikembangkan. Jembatan rendah dengan pilar di tengah sungai secara bertahap diubah menjadi jembatan tinggi. Kemudian penyempitan sungai dilebarkan kembali dengan relokasi dan pendangkalan serta masalah sampah dilakukan dengan manajemen sedimen yang sistematik.

Kemudian cara AHY mengatasi kemacetan, dalam hal ini program dan cara mengatasi kemacetan AHY kebanyakan sudah digunakan oleh AHOK. Dan hanya satu yang rasanya sulit terwujud yakni program transportasi sungai. Sebab jika dijalankan program tersebut jembatan-jembatan yang ada di Jakarta pendek-pendek semua, dan rasanya itu sulit akan terwujud.

Dalam keteranganya, Agus menyadari bahwa kemacetan di Jakarta semakin meningkat dari tahun ke tahun. Disebabkan oleh meningkatnya volume kendaraan yang tidak terbendung. Dalam hal ini ia akan meneruskan transportasi massal yang sejauh ini cukup relevan untuk mengatasi kemacetan di Ibu Kota Jakarta seperti monorail dan Transjakarta. Agus juga akan membatasi jumlah kendaraan pribadi dengan cara meningkatkan biaya parkir dan biaya Tol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun