Mohon tunggu...
Aam Permana S
Aam Permana S Mohon Tunggu... Freelancer - ihtiar tetap eksis

Mengalir, semuanya mengalir saja; patanjala

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Dirgahayu, TVRI!

24 Agustus 2018   08:46 Diperbarui: 24 Agustus 2018   11:33 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SEORANG rekan dari Bagian Pengembangan dan Usaha TVRI Jawa Barat, suatu ketika menawarkan sebuah program kerjasama kepada seorang pejabat melalui orang dekatnya. Semula, orang dekat pejabat itu mendengarkan dengan seksama program yang ditawarkan.  Namun setelah beberapa menit bicara, orang dekat pejabat yang juga seorang wartawan tersebut bertanya.  "Tapi, memangnya  TVRI  masih ditonton orang?" Begitulah pertanyaan yang terlontar dari mulut rekan wartawan tadi.

Saya yang ketika itu masih menjadi bagian dari TVRI Jabar dan rekan dari Bagian Pengembangan dan Usaha  terus terang tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut.  Jelas, kami seperti  seorang petinju yang kena KO lawan. Penyebabnya,  kami memang tidak memiliki data mengenai seberapa banyak penonton TVRI termauk TVRI Jabar sekarang.  Tapi sekedar menjawab,  saya mengatakan bahwa TVRI  masih ditonton orang. Jumlahnya masih lebih banyak ketimbang penonton televisi swasta! 

Rekan wartawan tersebut tentu saja tidak puas atas jawaban saya. Dia dipastikan berharap jawaban saya disertai data konkret berdasarkan  survey , dari lembaga survey  ternama pula. Ketika  selesai memberikan jawaban, rekan saya tampak tersenyum, dan senyuman itu rasanya seperti ejekan  bagi saya.

Penasaran dengan hal itu, saya mencari tahu tentang survey dan jumlah penonton TVRI, baik nasional mapun daerah.  Hasilnya diketahui bahwa lembaga survey tertentu  pernah melakukan survey soal jumlah pemirsa TVRI termasuk TVRI Jabar. Tapi, survey tersebut tidak dilakukan secara serius dan rutin. Konon, juga, setelah dilakukan survey tersebut, aksi nyata untuk melangkah demi kebaikan TVRI tidak dilakukan. 

Saya sendiri yang hampir tiga tahun turut mewarnai Bagian Pemberitaan TVRI Jabar dan sehari-hari bergelut dengan berita Bahasa Sunda Kalawarta dan  Jabar dalam Berita (JDB)  selama ini seperti orang buta. Saya tidak tahu, apakah Kalawarta dan JDB ada yang menonton? Kalau ada, sebarapa banyak? Lalu, bagaimana pula dengan program lain yang diproduksi TVRI dengan dana yang lumayan?

Belakangan, LPP TVRI termasuk  TVRI Jawa Barat  memiliki komunitas pencinta TVRI. Khusus di Jawa Barat, pentolannya bukan orang sembarangan, tetapi  produser, penyanyi dan budayawan seperti Dosen Hudaya, Acil Bimbo dan Uu Rukmana. Mereka secara aktif bekerja sama dengan TVRI untuk memciptakan tayangan dan program yang diterima khalayak.

Saya rasa, terbentuknya komunitas seperti itu menjadi hal baru di institusi TVRI. Saya sendiri, ketika masih di TVRI merasa sedikit bergairah dengan adanya komunitas tersebut. Saya yakin, melalui masukan dari komunitas, langkah LPP TVRI  akan jelas, sekalipun tidak berdasarkan hasil survey. Apalagi jika komunitas tersebut  benar-benar tersebar di seluruh wilayah Indonesia, serta aktif memberikan masukan dan berkonstribusi untuk LPP TVRI.  Dengan cara itu,  publik atau pemirsa TVRI  terukur.                                                                            *

Akan tetapi, tentu saja, terbentuknya Komunitas Pecinta TVRI tersebut tidak akan menjadi ukuran TVRI akan diperhitungkan lagi, dan menjadi televisi pilihan di negeri ini. Tentu masih banyak hal yang perlu dipersiapkan Dewan Pengawas dan manajemen TVRI.

Antara lain, pertama kesiapan sumber daya manusia (SDM) yang siap 'bertarung" dalam persaingan dunia siaran televisi, yang siap mengubah pemikiran "yang penting kerja" ,  dan yang mau terus belajar dan belajar agar tidak tertinggal oleh televisi swasta.  Tanpa semangat tersebut, TVRI  akan tertinggal jauh. 

Yang saya tahu, di TVRI Jawa Barat, SDMnya kini terus berkurang, karena satu-persatu memasuki masa pensiun. Yang tersisa pun, sepertinya sedang menunggu datangnya masa pensiun. Jangan heran, jika wajah-wajah di Bagian Pemberitaan misalnya, umumnya wajah tua yang bekerja hanya sekedar melaksanakan kewajiban.

Bagaimana dengan kesiapan bertarung dalam persaingan dunia siaran televisi? Saya, terus terang, tak berani mengatakan mereka, seperti kameramen dan reporter PNS, siap bertarung.  Soalnya, kameramen misalnya, ketika dibelikan kamera baru yang serba digital saja, tidak serta merta merespon. Bahkan ada kameramen yang  terlihat alergi terhadap kamera baru yang serba digital tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun