Nilai Jarwo
Cerpen Yudha Adi Putra
Setelah selesai mandi, Jarwo bergegas pergi. Mencari sarapan tanpa tahu mau ke mana. Semalam, hanya ada sisa uang tujuh ribu. Dalam bentuk receh, Jarwo memberanikan diri. Menyusuri jalan dekat sekolah. Berharap, ada penjual makanan. Paling tidak, cukup untuk sarapan dan segar.
"Mungkin kalau mau cari soto lumayan enak !"
"Tapi, di mana soto seharga tujuh ribu ?" tanya Jarwo pada motor. Seolah, mengajak berbicara motor dengan nama Appa. Jalanan banyak pengendara, mereka seperti terburu. Lampu menyala meski siang hari. Mungkin, bagi pengendara adalah tanda, tapi bagi Jarwo menyilaukan mata.
"Kalau coba soto dekat sekolahan bagaimana ?"
"Kemarin, aku coba membeli soto di sana. Tapi tutup, mungkin karena bulan puasa. Mungkin juga karena mencari uang susah. Banyak orang berjualan, tanpa tahu siapa yang bakal membeli,"
Teringat saran itu, Jarwo semakin yakin. Kini, harus menuju dekat sekolahan. Sebelum jam delapan, jam di mana sekolah mulai tutup, tapi pegawai masih banyak berdatangan. Ramai jalan dan belokan.
"Jar, kamu tahu diri. Masa beli makanan cuma tujuh ribu ? Dapat untung apa ?"
Pertanyaan penjual itu membuat Jarwo takut. Merasa tidak layak, Jarwo pindah. Mencari penjual soto lain, mengharapkan ada. Meski terus mencari, perut kian terasa lapar.
"Pagi menjadi menyebalkan. Tapi pagi, berkeliling mencari soto. Mending kalau ketemu, ketemunya malah penjual galak !" gerutu Jarwo dalam perjalanan.