Mohon tunggu...
peringatan zendrato
peringatan zendrato Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang penulis apa yang dirasa perlu ditulis

Suka Kesasar, Asal ada Teman

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Para Pejuang yang Berguguran

26 April 2019   12:29 Diperbarui: 26 April 2019   12:35 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemilu kali ini memang sungguh melelahkan. Baik efek narasi perpecahan dari kompetitor yang bisa menimbulkan konflik horizontal maupun efek system pemilu yang diterapkan dalam hal ini teknis pelaksanaan pemungutan suara, sama-sama melelahkan. Bila kedua-duanya tidak dikelola dengan baik, maka akan terjadi yang tidak kita harapkan.

Terlihat dengan kasat mata diskrepansi antar kubu seolah berasap di ruang-ruang maya maupun nyata. Tidak ada pilihan untuk tidak masuk dalam kubu. Dan seakan tidak ada jalan lain selain disintegrasi. Sungguh, ini sangat melelahkan.

Namun, ada yang lebih penting antagonisme politik ini. Yaitu gugurnya para petugas penyelenggara pemilu. Kamis (25/4/2019) Komisioner KPU, Viryan Aziz mengatakan, per pukul 18.00 WIB, 25 April 2019, sudah 225 orang KPPS yang meninggal dunia, serta 1.470 orang jatuh sakit (detik.com). Selain KPPS, per tanggal 22 April 2019, sudah 15 personil polri meninggal dunia saat menjalani tugas pengamanan pemilu (bisnis.com).

Penyebab mereka jatuh sakit dan bahkan meninggal dunia pun beragam penyebab. Setidaknya ada baberapa penyebab seperti ada yang meninggal karena serangan jantung, ada yang meninggal karena stress yang diakibatkan karena salah hitung suara, ada yang meninggal karena kecelakaan, ada yang sakit karena kurang istrahat, dan lain sebagainya.

Dari segi teknis pemungutan suara di tingkat TPS, para petugas KPPS tidak hanya berhadapan dengan warga pemilih yang rata-rata berjumlah 250 pemilih per TPS. Namun, para KPPS juga mengelola begitu banyak lembar suara. Karena baru pertama kali ini dilakukan pemilu serentak pemilihan presiden dan wakil presiden dengan pemilihan anggota dewan perwakilan rakyat serta anggota dewan perwakilan daerah, maka lembar suara pun begitu banyak. Rekapitulasi suara ke form C1 satu pun memakan waktu lebih dari 10 jam. Itulah sebabnya ada petugas KPPS yang tidak bisa mendapat waktu untuk beristrahat, dan juga aparat keamanan.

Lantas, apa yang perlu kita kutip dari kejadian ini? bagi penulis, jiwa patriotisme yang diperlihatkan oleh para petugas KPPS dan aparat keamanan ini perlu diapresiasi dan ditiru.

Jiwa Patriot dalam Diri

Patriotisme berasal dari kata "patriot" yang berarti pencinta atau pembela tahan air atau seorang pejuang sejati. Sedangkan akhiran kata "isme" menandaka sebuah paham atau ajaran atau kepercayaan. Suprapto dkk. (2007: 38) menyatakan bahwa patriotisme adalah semangat cinta tanah air atau sikap seseorang yang rela mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan kemakmuran tanah airnya. Jadi patriotisme berarti paham tentang semangat cinta tanah air atau sikap yang sudi berkorban segala-galanya untuk kejayaan dan kemakmuran tanah airnya.

Menurut Sukamto (2007), sikap patriotisme yang diwujudkan dalam semangat cinta tanah air dapat dilakukan dengan cara berbuat rela berkorban untuk membela dan mempertahankan negara dan bangsanya serta untuk mengisi kelangsungan hidup negara dan bangsa. Perbuatan membela dan mempertahankan negara diwujudkan dalam bentuk kesediaan berjuang untuk menanamkan dan mengatasi serangan atau ancaman dari bangsa lain. Sikap rela berkorban demi nusa dan bangsa seperti ini bisa disebut sebagai semangat kepahlawanan.

Dan ini ditemukan dalam diri para petugas KPPS dan aparat keamanan yang rela mengorbankan nyawanya demi menjaga demokrasi. Mereka telah menunjukan kesetiaan mereka terhadap Negara. Mempertahan pemilu yang LUBER JURDIL sudah mereka upayakan. Meski pada akhirnya mereka tidak lagi bersama-sama dengan kita saat ini. Perjuangan mereka tentu tidak sia-sia.

Mengakhiri dengan Jiwa Patriot

Bila tidak ada halangan, maka akhir dari rekapitulasi suara dan penetapan hasil dalam pemilu kali ini jatuh pada tanggal 22 Mei 2019. Artinya, dalam beberapa pekan ke depan para penyelenggara pemilu masih bekerja keras merekap jumlah suara. Bahkan masih ada beberapa TPS yang direkomendasikan untuk pemungutan suara ulang, susulan dan lanjutan. Usul untuk meninjau ulang system pemilu agar tidak mengorbankan banyak nyawa memang perlu. Namun bagi penulis, yang mendesak adalah menumbuhkan jiwa patriotisme dalam diri setiap kita.

Jika jiwa patriotisme telah ada dalam diri maka seorang patriotis tidak akan membiarkan disintegrasi terjadi. Jiwa patriot tidak mau terprovokasi oleh berita bohong dan adu domba tetapi memperjuangkan kebenaran. Jiwa patriot menjunjung tinggi nilai-nilai pancasila dalam setiap perbuatannya. Jiwa patriot rela mengorbankan segala apa yang dimiliki demi keutuhan bangsa dan Negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun