Mohon tunggu...
Joseph Tertia
Joseph Tertia Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

John De Britto College Yk student '014. Ingin merambah dunia jurnalistik, mohon bantuannya :)

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

PSSI=Mafia, Fakta atau Opini?

8 Maret 2014   20:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:08 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="alignleft" width="277" caption="Supporter -- Koreografi bertuliskan INA ditunjukkan di tribun selatan. (dok.pribadi)"][/caption]

Saat itu hari Rabu (05/03), laga persahabatan antara timnas Indonesia U-23 melawan timnas Malaysia U-21 di Stadion Maguwoharjo, Yogyakarta. Pertandingan yang bertajuk persahabatan ini diwarnai dengan lemparan-lemparan botol, gelas air mineral kemasan, dan caci maki supporter yang ditujukan kepada pemain Malaysia. Peringatan diberikan beberapa kali untuk menahan kegirasan supporter. Walau demikian nyanyian demi nyanyian terus berkumandang untuk mendukung timnas Indonesia dari tribun selatan dan utara. Koreografi bertulisan INA juga ditunjukkan oleh supporter tribun selatan pada pertengahan babak kedua. Tribun selatan dan utara Stadion Maguwoharjo memang dikhususkan untuk tribun supporter. Stadion Maguwoharjo sendiri adalah rumah bagi tim PSS Sleman. Sorak-sorai dari kedua tribun pun mengubah atmosfer pertandingan menjadi lebih hidup dan memberi suntikan motivasi bagi pemain timnas Indonesia. Akhirnya, laga persahabatan berakhir dengan kemenangan timnas Indonesia U-23 dengan skor 3-0. Namun seusai pertandingan, kericuhan terjadi. Kericuhan tidak terjadi antar supporter, tapi antara supporter dengan polisi. Insiden ini dimulai saat pemain timnas Malaysia U-21 akan memasukki ruang ganti pemain seusai pertandingan. Salah satu supporter timnas Indonesia di tribun biru(barat) melempar entah botol atau gelas ke arah pemain Malaysia. Polisi-polisi yang dari awal pertandingan menjaga area Stadion langsung mengeroyok supporter yang melakukan pelemparan tadi. Supporter dari tribun selatan terpancing emosinya dengan aksi pengeroyokan polisi tersebut, kemudian langsung mengejar para polisi. Akhirnya polisi menembakkan tembakan peringatan beberapa kali untuk meredakan amarah para supporter. Kericuhan pun pecah di dalam stadion. Para supporter terus mengejek polisi dari atas tribun selatan, sedang para polisi hanya bisa mengancam sambil mengacungkan kepalan tangan dari dalam lapangan. Polisi tidak berkutik menghadapi kerusuhan supporter. Selain kericuhan antara supporter dan polisi, ada satu hal lagi yang menyorot mata publik. Yaitu tulisan “PSSI=Mafia” di tribun selatan Stadion Maguwoharjo. Tulisan tersebut dipampangkan di pagar stadion sebelum pertandingan dimulai. Selain itu para supporter juga memampangkan tulisan “You don’t care about football. You only care about money,” yang artinya, “Kamu tidak peduli akan sepakbola. Kamu hanya peduli akan uang.” Tulisan-tulisan tersebut akhirnya ditarik turun dan disita oleh polisi dan aparat keamanan selang lima menit babak pertama. Walau hanya terpampang sebentar, tapi pesan dari supporter Yogyakarta khususnya Sleman terlihat jelas di publik. Pesan tersebut merupakan bentuk kejengkelan supporter terhadap Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI).

Kejengkelan supporter Sleman, terutama BCS (Brigata Curva Sud) yang merupakan supporter PSS Sleman, terhadap PSSI memilki berbagai alasan. Pertama, musim lalu 2012/2013 PSS Sleman menjuarai divisi utama LPI (Liga Premier Indonesia) namun pada saat penggabungan divisi ISL (Indonesia Super Leauge) dan LPI, PSS Sleman tidak dimasukkan ke divisi utama ISL. Padahal, masih ada klub-klub yang saat ini mengikuti divisi utama ISL belum lulus verifikasi atau masih terbelit utang. PSSI memberi harapan palsu kepada PSS Sleman, dan seluruh supporternya. Kedua, PSSI menuduh terjadi kebocoran tiket di Stadion Maguwoharjo. Terutama di tribun kuning (selatan). PSSI menyatakan bahwa banyak penonton dari tribun selatan yang masuk stadion tanpa tiket. Lucunya, motto dari PSS Sleman yang juga tertulis di jersey mereka adalah “no ticket no game”. Bila dijelaskan secara harafiah artinya, tidak ada tiket maka tidak menonton pertandingan. Tribun selatan pun ternyata memberikan profit tertinggi dibandingkan tribun lainnya. Fakta ini sangat berlawanan dengan tuduhan yang dinyatakan PSSI. Sebenarnya dari kubu BCS sendiri telah memboycott seluruh supporter Sleman untuk tidak menghadiri pertandingan Indonesia U-23 melawan Malaysia U-21. Namun pemboycott-an BCS untuk tidak menghadiri pertandingan timnas sayangnya gagal dilaksanakan. Karena terdapat isu bahwa PSSI akan membubarkan PSS Sleman bila tidak ada supporter Sleman yang datang ke pertandingan tersebut. Tidak mau klub kebanggan mereka dibubarkan maka anggota BCS pun datang. Bila isu ini benar, maka PSSI telah menyalahgunakan otoritas mereka sebagai lembaga sepakbola tertinggi di Indonesia. Hal ini sungguh memalukan kepengurusan olahraga Indonesia. Kedua tulisan yang dipampangakan di Stadion Maguwoharjo ketika pertandingan timnas Indonesia U-23 dan Malaysia U-21 memiliki nilai kebenarannya sendiri. Karena tudingan-tudingan yang mengatakan bahwa PSSI berada di bawah cengkeraman mafia kian santer. Apalagi akhir-akhir ini terdapat isu adanya korupsi di badan PSSI sendiri. Walau Djohar Arifin, ketua umum PSSI, menyatakan secara tegas bahwa tidak ada korupsi di PSSI. Tapi kepercayaan masyarakat akan lembaga olahraga terpopuler di Indonesia ini kian luluh karenanya. Kita sebagai warga Indonesia hanya bisa berharap kepada pembesar-pembesar lapangan hijau, agar tiap kebijakan atau tindakan selanjutnya mampu memperbaiki persepakbolaan Indonesia dan membawa nama Garuda harum di kancah internasional.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun