Mohon tunggu...
Wiyamara Man
Wiyamara Man Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pecinta dan penikmat hidup sederhana

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Keajaiban yang Bisa Dilakukan Media

9 September 2012   05:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:43 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Timbulnya berbagai gejolak yang semakin mengarah pada disintegrasi bangsa tidak lepas dari pengaruh media. Hal ini menjadi suatu kekhawatiran besar tatkala media-media di Indonnesia sudah menjadi bagian dari alat pemanfaatan partai politik. Demi menguasai pemerintahan negeri ini, media telah menjadi alat yang penuh dengan trik-trik kotor yang tidak mendidik masyarakat sebagai pemirsa yang menontonnya.

Media adalah sebuah alat yang bisa menciptakan perdamaian atau peperangan, pendidikan atau pengrusakan, nilai luhur atau nilai buruk bagi masyarakat yang mengkonsumsi media. Semua dikembalikan pada tujuan dari pengelola media tersebut untuk membawa alat itu ke arah yang mana. Seperti halnya DAAI TV, walau tidak terlalu banyak yang menontonnya, namun isi dan konten yang diangkat oleh pengelola media itu mengarah pada nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, gotong royong serta nilai-nilai edukatif yang hampir tak pernah diangkat oleh media-media berbau alat politik saja.

Negara-negara besar sangat mengerti arti penting sebuah media untuk menguasai opini publik. Media dijadikan alat untuk mendapatkan kepercayaan politik dengan cara memanipulasi isi dan konten yang ada, sehingga masyarakat terjerumus ke dalam arah yang ingin mereka ciptakan. Salah satu contohnya adalah Amerika, dengan berbagai opini sebagai penjaga demokrasi dunia, mereka menciptakan manipulasi isi dan konten yang dipublikasikan dalam media -media di seluruh dunia sebagai pembawa perdamaian. Faktanya, mereka selalu menjadi negara di garis terdepan yang sering berperang dengan negara-negara yang tidak ingin mengikuti aturan main mereka.

Para pengelola media di Indonesia sebaiknya belajar dari sejarah, tidak ada kekuasaan dari kejahatan yang bertahan lama di muka bumi ini. Yang terkenang dan selalu diingat dalam sejarah adalah kebajikan dari siapapun yang mempertahankan nilai-nilai kebajikan dalam kehidupan sementara di dunia ini. Sebuah media akan menjadi besar bila masyarakat merasakan nilai dam manfaat dari isi serta konten edukatif yang menjadi bagian intisari pemberitaan yang dimuatnya. Media seperti itu, akan menjadi suatu alat pemersatu, alat yang bisa menciptakan perdamaian dan keharmonisan dalam masyarakat yang menontonnya.

Ada harapan besar, semoga media-media di Indonesia mulai mengambil peran edukatif ketika situasi dan kondisi sosial masyarakat semakin tak karuan melihat kebenaran dan kesalahan. Ketika suatu negara mengarah kepada disintegrasi bangsa, media harus menjadi alat pemersatu, alat yang membangunkan kembali nasionalisme kebhinekaan yang tunggal ika ini. Arahkan masyarakat memahami kebenaran dan kesalahan lewat ajaran budi pekerti sederhana. Jangan mengarahkan masyarakat pada perbedaan yang semakin tajam, membuat masyarakat semakin terkotak-kotakkan, dan akhirnya hidup tidak lagi ada kebersamaan sebagai satu nusa, satu bangsa dan satu negara. Nasionalisme pun hilang seketika.

Demi persatuan dan kesatuan masyarakat sebagai suatu bangsa yang punya cita-cita bersama, maka peran media yang mengarah pada nilai-nilai edukatif harus ditingkatkan semakin banyak. Seperti nilai-nilai kerukunan dan kebersamaan, banyak sekali kehidupan masyarakat dengan berbagai latar belakang perbedaan tidak membuat mereka saling bermusuhan atau saling menyerang. Angkatlah sebagai pelajaran bersikap bagaimana hidup bermasyarakat yang harmonis. Jangan semakin memanaskan issu yang tidak benar dan mengipas perbedaan semakin tajam ke arah ketidakrukunan.

Seperti pemberitaan kemarin di televisi, mengenai kerukunan dua bangunan tempat ibadah masjid dan gereja di tanjung priok, padahal tembok bangunan mereka menjadi satu bagian tak terpisahkan, namun mereka bisa hidup berdampingan saling menghargai dan menghormati. Bila mereka sama-sama beribadah pada saat jam yang sama, pengurus masjid mengecilkan toa pengeras suara agar tidak menggangu umat gereja. Demikian juga pengurus gereja, mereka mengecilkan volume suara di dalam agar tidak menggangu umat muslim yang sedang beribadah. Inilah keajaiban bhinneka tunggal ika yang bisa dilakukan media, isi dan konten diarahkan demi mendidik masyarakat agar hidup dalam keharmonisan dan kebersamaan sebagai satu saudara sebangsa dan setanah air.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun