Fenomena Om Telolet Om mewabah ke mana-mana dan menyebar ke berbagai isu lainnya. Entah siapa yang duluan memplesetkan fenomena itu menjadi Om Toleran Om, menteri agama pun mengajak semua orang untuk mempopulerkan Om Toleran Om. Mabes Polri pun menjadikan ungkapan itu dengan sangat kreatif dalam sebuah gambar di twitter lengkap dengan hastagnya #omtoleranom. Sebuah kreativitas yang layak dihargai, karena Mabes Polri tampaknya selalu up to date dengan tren, terutama yang terjadi di media sosial. Silakan lihat akun twitter Mabes Polri untuk melihat gambar Om Toleran Om, yang berlatar lukisan sejumlah orang berpakaian bermacam agama di Indonesia. Salut.
Polri bersama TNI memang yang paling gencar mengkampanyekan toleransi antar umat beragama, antar suku, antar etnis dan antar berbagai perbedaan lainnya. Toleransi bukan hanya antar agama, namun terkait semua perbedaan bangsa ini. Bangsa yang sangat beragam. Paling beragam sedunia. Polri dan TNI berkepentingan menjaga toleransi karena intoleransi akan mengancam keamanan serta pertahanan negara. Ujung-ujungnya akan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa dalam bingkai NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
Beragam cara dilakukan TNI-Polri untuk menjaga keamanan dan pertahanan negara ini. Baik dengan cara konvensional maupun non konvensional. Aparat TNI-Polri saat ini juga melek informasi, melek teknologi dan melek kreatitivitas serta inovasi. Lihatlah bagaimana kiprah Densus 88 yang tidak kalah canggih dari sisi teknologi IT dalam memburu jaringan terorisme. Semua saluran IT bisa mereka lacak. Canggih.
Lihat pula sikap dan gaya para anggota TNI-Polri sekarang. Selalu ikut tren. Termasuk tren media sosial, yang berkembang begitu pesat. Tak salah jika sekarang, TNI-Polri terlihat cukup up to date teknologi. Tidak ketinggalan zaman dan tidak ke-jadul-an.
Dalam sejumlah diskusi dengan kawan-kawan di Polri-TNI, terlihat sekali bagaimana cara pandang mereka terhadap pertahanan dan keamanan yang berubah. Berubah sesuai perkembangan zaman. Sekarang, perang bukan hanya menggunakan senjata – sampai yang paling canggih sekalipun. Justru ancaman dan tantangan yang lebih berbahaya adalah senjata non konvesional, yaitu melalui teknologi IT dan cyber. Mereka mengadopsi istilah Cyber War. Selain ancaman dan tantangan lewat ekonomi dan budaya, yang juga tidak kalah berbahayanya. Para perwira muda itu, sudah paham kondisi tersebut dan sudah menyiapkan beragam antisipasinya sejak beberapa tahun silam.
Jadi, jangan pernah anggap sebelah mata kemampuan para perwira, petinggi dan aparat TNI-Polri dalam menyikapi ancaman dan tantangan terkait tugas mereka menjaga pertahanan dan keamanan negara. Saya yakin dengan kualitas perwira-perwira muda yang akan menjadi penerus penjaga utama NKRI. Kreativitas mengikuti tren seperti Om Telolet Om menjadi Om Toleran Om, hanyalah secuil dari kesadaran mereka terhadap perubahan zaman.
Saya cinta Indonesia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H