Mohon tunggu...
Ihsan Iskandar S.Sos M.E C.DMP
Ihsan Iskandar S.Sos M.E C.DMP Mohon Tunggu... Seorang Dosen, Peneliti, Mentor 70+ UMKM, Entreprenuer, & Juara Nasional Wirausaha Berbasis Masjid. Kontak: 0895-1997-7808

Seorang Dosen, Mentor 70+ UMKM, Entreprenuer, Juara Nasional Wirausaha Berbasis Masjid. " Memiliki pengalaman 7 Tahun menjadi Sales dan Manajer Marketing, Event Organizer, dan Pengalaman Organisasi Pers pemberitaan. Memiliki Kemampuan Public Speaking, Pembuatan Website, IT Skill Based dan Desain Grafis. Dosen di Kampus STIM Sukma dan Ketua UMUM RTIK Medan. Kontak: 0895-1997-7808

Selanjutnya

Tutup

Nature

Konservasi VS Kapitalisasi; Menghitung Biaya Ekologis dari satu izin tambang di Raja Ampat

15 Juni 2025   05:18 Diperbarui: 12 Juni 2025   15:42 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Raja Ampat, Sumber internet

Oleh: Ihsan Iskandar S.Sos M.E

Raja Ampat adalah laboratorium kehidupan laut yang tak tergantikan. Keanekaragaman hayatinya bukan hanya penting bagi Indonesia, tetapi juga bagi ekosistem global. Namun nilai-nilai ekologis yang tak ternilai ini kini dihadapkan pada godaan kapitalisasi: industri pertambangan nikel. Satu Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang dipertahankan---yakni milik PT Gag Nikel---menjadi simbol benturan antara konservasi dan kepentingan ekonomi jangka pendek.

Namun, seberapa besar sebenarnya nilai yang dikorbankan demi satu izin tambang?

Kapitalisasi vs Jasa Ekosistem

Pendekatan valuasi ekonomi bisa membantu menjawab pertanyaan ini. Menurut studi, sektor wisata selam di kawasan Asia Tenggara dapat menghasilkan hingga miliaran dolar per tahun. Raja Ampat, sebagai destinasi utama wisata selam dunia, menyumbang bagian besar dari potensi ini. Selain itu, jasa ekosistem seperti perlindungan pesisir oleh terumbu karang dan mangrove, serta fungsi penyerapan karbon oleh padang lamun, juga memiliki nilai ekonomi yang besar meskipun tidak selalu tercermin dalam angka PDB.

Di sisi lain, industri tambang memang menghasilkan royalti dan pajak. Namun, pengalaman dari berbagai daerah menunjukkan bahwa kontribusi riil terhadap kesejahteraan masyarakat lokal sering kali minim, sementara dampak ekologisnya bisa bersifat permanen.

Biaya yang Tak Terukur

Kerusakan lingkungan akibat tambang tidak hanya berdampak langsung terhadap habitat, tetapi juga terhadap stabilitas sosial-ekonomi masyarakat. Ketika sedimentasi dan pencemaran logam berat merusak perairan, nelayan kehilangan hasil tangkapan, wisatawan menghindari lokasi, dan pendapatan daerah turun. Belum lagi potensi konflik sosial dan pelanggaran hak masyarakat adat yang sulit diukur secara ekonomi, tetapi sangat terasa di lapangan.

Kebutuhan Akan Kajian Valuasi Komprehensif

Sayangnya, hingga kini belum tersedia kajian valuasi ekonomi spesifik yang membandingkan secara langsung antara manfaat jangka pendek dari tambang nikel dan nilai jangka panjang dari jasa ekosistem Raja Ampat. Pemerintah dan lembaga independen perlu mendorong studi ini, sebagai dasar pengambilan keputusan berbasis bukti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun