Mohon tunggu...
Penny Lumbanraja
Penny Lumbanraja Mohon Tunggu... Lainnya - A girl who love vegetables and fruits. Bataknese.

Warga biasa yang belajar menulis...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nilai Kedamaian Turnamen Piala Dunia

28 Januari 2023   20:12 Diperbarui: 28 Januari 2023   20:14 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sama halnya dengan pendukung asal Qatar. Jagoan yang mereka elu-elukan juga bernasib sama dengan berbagai negara yang mengalahi kekalahan. Namun, yang terjadi tidaklah kerusuhan dan berujung hilangnya nyawa. Tidak perlu merusuh akibat kekalahan di kandang sendiri. Jadi, kekalahan-kekalahan seperti itu adalah sebuah konsekuensi yang memang harus dihadapi dengan lapang hati. Tidak akan mungkin semua dapat menang, pasti akan ada yang kalah. Prinsip itu harus dipegang teguh dan dilatih oleh setiap supporter yang berpikiran maju. Berat, ya memang berat. Akan tetapi itulah kenyataannya. Prinsip itu tidak hanya berlaku di pertandingan kelas dunia seperti Piala Dunia, melainkan di semua pertandingan yang dihadapi.

Sayangnya, hal-hal yang tampaknya sepele seperti ini tidak kita sadari. Kita cenderung memandang sesuatu dari kacamata kecil saja.  Hal-hal berupa pengendalian diri itu tampak secuil di mata kita. Kita suka mencampuradukkan isu keagamaan, ras, suku dan budaya dengan dunia olahraga. Padahal, jika dinilai dengan logika dan rasionalitas semua itu tidak memiliki hubungan. Itu memang terlihat remeh tetapi dibaliknya dapat menimbulkan konflik perpecahan. Perpecahan yang sampai kehilangan nyawa merupakan suatu penyesalan yang luar biasa. Keadaan-keadaan seperti ini membuat masyarakat Indonesia menjadi skeptis terhadap persepakbolaan di tanah air sendiri. Jika begini terus, kita tidak akan benar-benar siap dan selalu tertinggal dengan negara lain.

Tragedi Kanjuruhan janganlah terulang lagi. Jadikan momen Piala Dunia Tahun 2022 ini menjadi tempat merefleksikan diri. Kita cukup tertampar dan tertinggal dengan bagaimana para supporter di stadion luar sana mampu menjaga etikanya dengan baik, bahkan bagi mereka yang berada di kandang sendiri.

Salam olahraga, junjung tinggi sportivitas.

(*) Penulis adalah penikmat olahraga dan bergiat di Perkamen (Perhimpunan Suka Menulis)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun