Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jajan Mahal Perjalanan di Bandara

5 November 2020   07:52 Diperbarui: 5 November 2020   08:00 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bandara Soekarno Hatta (Dok bisnis.com)

Saat bepergian harus bawa uang secukupnya dan ATM yang bisa diambil dimanapun. Kata cukup disini tergantung mereka yang suka konsumtif atau tidak. 

Siapapun yang menjadi musafir atau orang yang suka bepergian jauh, maka dia harus membawa dana yang cukup, minimal untuk beli jajan atau makan siang, makan di rest area, restoran atau bandara. 

Mereka yang menguasai bahasa international maka akan mudah dalam perjalanan, namun mereka yang kesulitan untuk berkomunikasi pastinya juga akan mengalami kesulitan dalam membeli atau menginginkan sesuatu namun susah untuk diucapkan, apalagi saat berada di negara lain, seperti misalnya berangkat ke Umroh di saudi arabia tapi pesawat transit di Abu Dabai atau di India, pastinya orang tua yang bersama kita yang tidak bisa bahasa inggris akan diam padahal dianya lapar binget. Ada uang tapi malu untuk di tukar atau misalnya bisa menukar tapi tidak paham cara membelinya.

Harga makanan di semua bandara pastinya akan mahal, karena sewanya juga mahal dan menganggap orang yang datang di situ adalah orang berduit dan orang mampu, kalau para pebisnis dianggap hal wajar, tapi kalau misalnya seorang guru kelas lalu kemudian ada kesempatan bepergian naik pesawat maka bilang makanan di lokasi bandara jelas mahal, kopi yang biasanya di desa paling dibawa 3 ribu, di bandara lebih dari 25rb, artinya ada kelipatan yang luar biasa, ini saja pakai uang rupiah, bukan uang dollar atau sesuai mata uang negara yang kita kunjungi.

Pengalamanku bepergian dalam urusan makan paling mahal memang di bandara, dibandingkan di stasiun, ataupun di terminal bus atau misalkan saat berhenti di rest area, paling enak ya bepergian gratis karena di biayai oleh lembaga dengan istilah kegiatan atudi banding atau kunjungan kerja, sudah makan gratis, dapat seragam, dan dapat uang sisa lumpsum.

Bepergian yang murah lagi adalah saat ziarah walisongo, karena di tempat ziarah tidak terlihat harga barang yang naik tajam, ya standar kenaikannya, paling kalau mampir ke restoran pun yang pesan makanan yang tidak mahal, lagian direstoran ada daftar harganya. 

Pusat kuliner menjadi alternatif untuk membeli oleh-oleh untuk dibawa pulang, pastijya dipilih sesuai dengan selera dan khas daerah tersebut. Misalkan saat kita ke saudi arabia maka yang dibawa ya oleh-oleh makanan saudi arabia dan sesuatu yang tidak ada di Indonesia. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun